Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjumpaan Anjing Dengan Celeng di Hutan Klampis

30 November 2023   12:31 Diperbarui: 30 November 2023   12:35 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dibuat menggunakan ideogram.ai

Para celeng berembuk. Ribut mencengkeram, ada saling tentang diantara mereka. Tapi akhirnya...

"Ikut kami", ajak satu diantara mereka. Segera gelombang itu bergerak meninggalkan tempat. Mengular menginjak apa saja. Peri kebinatangan tersampir, menjadikan para celeng menggadaikan keselamatan, menanam bahaya yang mungkin saja datang. Menembusi sesemak, merangsak juntaian akar, meninggalkan jejak kasat.

Sebuah kubangan berisi air menghentikan laju. Semesta tak alpa memberi persembahan bagi para hamba sahaya. Vegetasi hutan selalu memberi kehidupan para pelintas. Tanpa perlu disuruh, juluran lidah anjing menggores bentang air. Berdecap-decap menjilat. Kuyu matanya sedikit terangkat. Energi mulai timbul seiring cairan bening masuk ketubuh.

"Bagaimana bisa manusia memperlakukan dirimu begitu kejam?". Anak-anak celeng asik bermain air hingga kekeruhan terbentuk.

"Mereka mempunyai banyak pendapat tentang keberadaan ras kami", ujar anjing. "Sekian banyak manusia, sekian ragam mereka ambil keuntungan". Jilatan-jilatan menciptakan riak-riak kecil. Anjing sungguh menikmati suguhannya.

"Tak jauh beda dengan takdir kami", potong para celeng, "Dimata manusia, kami malah tidak ada baiknya. Dianggap hama, pencuri tanaman, perusak tanah, bahkan sosok kami disangkakan sebagai ritual pesugihan"

Para celeng berkubang. Anak-anaknya bermain lumpur, memainkan congornya memporakporandakan kubangan. Kenakalan mereka membuat lumpur bercipratan kesegala arah.

"Sudah lama dihutan ini?"

"Baru tiga purnacandra"

"Tapi kalian sepertinya sudah ribuan purnama menghuni kawasan ini", ucap anjing

"Kami eksodus dari kawasan sebelah sana". Pandangan celeng diarahkan ke barat daya. "Hidup kami dirusak oleh manusia".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun