Persiapan sebuah hajatan pernikahan adalah vital. Prosesnya diawali dengan mengumpulkan orang-orang yang diharapkan mau menjadi bagian dari panitia acara. Pembentukan panitia resepsi pernikahan dalam istilah masyarakat Jawa tengah dan Jawa Timur-trah Mataraman disebut Kumbokarnan. Kenapa disebut Kumbokarnan? Tubuh tokoh raksasa di dunia pewayangan dipinjam sebagai istilah kalau panitia resepsi membutuhkan banyak orang serta biaya tidak sedikit. Itu umumnya. Ada juga yang mengklaim biayanya sedikit. Tapi walau sedikit tetap juga biaya. Bahkan dari yang saya ketahui serta alami budget bisa membengkak ketika proses berjalan. Itulah kenapa nama adik dari Rahwana dipakai istilah pembentukan panitia hajatan. Karena Kumbokarno itu kalau marah akan tiwikrama merubah tubuhnya membengkak mengerikan.
Jeroan Kumbokarnan menyesuaikan lingkungan pergaulan(rumah, sosial, jabatan). Bila seseorang punya pangkat derajat atau dari kalangan the have (kaya), orang-orang yang dimasukkan dalam kepanitiaan ya tidak kaleng-kaleng. Biasanya kolega paling dekat. Bisa seorang dosen, guru besar, saudagar sukses, kepala dinas, dan seterusnya. Namun ada juga yang lebih srek dengan tetangga sekitar. Tidak butuh orang-orang dengan jabatan dan gelar bejibun. Sebenarnya ini hanya masalah prestise atau citra.
Menurut penuturan kawan saya, seorang warga didaerah Plumbon-Sukoharjo mengundang seluruh warga kampungnya dari ujung timur hingga barat, dilibatkan dalam Kumbokarnan. Uniknya dalam beberapa jam clear. Acara dimulai bakda Isya' selesai jam dua belas malam. Warga yang mendapat tugas sudah mengerti apa yang akan jadi tanggungjawabnya. Saya yakin kalau mereka sudah terbiasa didapuk.
Tapi ada juga yang butuh beberapa kali pertemuan sampai dianggap fix. Saya mengalami beberapa kali. Ketiban sampur jadi penyebar undangan juga serabutan alias siap sedia ketika hari H. Buku pratelan para paraga ingkang kepareng hambiyantu pawiwahan beberapa kali dikoreksi. Terutama nama, gelar dan sebagainya. Nama dan gelar perlu digarisbawahi karena pernah ada kejadian, bagian menyebarkan undangan dibuat mangkel gara-gara salah ejaan. Namanya Drs.H.Suhardjo Msc. Hanya ditulis bapak Suharjo.
"Undangan ora tak tompo sik. Jenengku dudu ngene aksarane. Balio. Karo ojo lali gelarku ditulis sing bener"(undangan tidak saya terima dulu. Namaku bukan begini hurufnya. Kembalilah. Sama jangan lupa gelarku ditulis yang benar)
Ketemu kaum konservatif bin kolot harus sabar. Padahal sudah ada tulisan tambahan: Mohon maaf jika sekiranya penulisan nama, alamat serta gelar ada kesalahan. Kejadian begini memang tidak banyak sih.
Di group Whatsapp, seorang teman sebar foto sepiring lontong opor diatasnya ditaruh uang lipatan seratus ribu dibungkus plastik. Dia menulis,"Lagi Kumbokarnan". Ada teman group yang skeptis, "Hoaks".
"Tenan yo"
"Mosok dikekke duitte barang?"(masa' dikasih uang segala)