Rasa ingin tahu mempunyai daya rangsang  untuk mengeksploitasi sesuatu. Dilakukanlah eksekusi untuk membuktikannya. Dari sebuah titik hingga menjadi bongkahan keinginan, mengendap. Gambaran itu berlaku buat saya. Â
Semuanya berawal di tujuh tahun yang lalu-kurang lebihnya, sebuah koran lokal menampilkan potongan tentang keberadaan sebuah dusun yang menyimpan potensi
wisata berupa air terjun. Terukir kata 'Banyu Nibo'. Dan itu aku biarkan lama, hingga di Maret 2019 endapan itu menyeruak memberi hasutan agar jelajahku tercetak disana. Tujuh tahun baru terujud sekarang?
Bersama rintik kecil dipagi hari, deru lirih tungganganku membelah lalu lintas. Tidak terlalu ramai. Dibelahan langit selatan hanya tampak gumpalan putih berserabut kelabu. Dikepala saya hanya berharap, rintik ini jangan berubah tebal. Memasuki wilayah Sukoharjo kota-sebelum proliman-menepi merupakan upaya bijak untuk memakai jas hujan bagian atas. Jaketku basah, walau tidak kuyup. Hujan semalam menyisakan recehan hingga pagi ini.
Kembali menelusuri anjuran google map. Tidak asing bagi saya lintasan yang direkomendasikannya. Namun, untuk beberapa titik saya bantah. Kadang membuat bingung kalau tidak boleh dikatakan menyesatkan.
Jalur Tawangsari menjadi pilihan, melewati lapangan Lorog menjadi rute yang berkesinambungan. Naik turun berkelok tanpa peringatan. Akhirnya memasuki Manyaran-disinilah destinasi itu menjadi miliknya-laju kian melandai. Tidak perlu tergesa-gesa. Disini kita akan menemukan jalan yang begitu mulus.Â
Secara keseluruhan, jalan dari Solo menuju Wonogiri sudah dapat dikasih bintang 5. Inilah upaya pemerintah agar infrastruktur menjadi kunci bagi distribusi ekonomi, pariwisata, dan lainnya.
Aktivitas diminggu pagi ini menjadi lain jika dibandingkan dengan hari-hari biasa, sedikit lengang. Gerak kecil penduduk desa tampak seperti percikan air hujan tadi. Ya, memasuki Manyaran, rintik telah menghilang. Berhenti lagi untuk melipat jas hujan agar tidak disuguhi tatapan keheranan.Â
 Kombinasi antara google map, feeling dan bertanya pada orang sangat diperlukan untuk menuju destinasi ini. Banyak sebab, bila  taklid buta pada Google map kita akan dibuat berputar-putar kaya kitiran. Feeling serta bertanya pada penduduk sekitar sangatlah membantu. Ketiganya saya gunakan biar tujuan lekas tergapai.
Destinasi yang saya datangi minim petunjuk arahnya, bahkan boleh dibilang nyaris tidak ada! Beneran nih? Jangan berpandangan kalau obyek yang pernah diangkat dibeberapa media bahkan sudah tertera di Google map otomatis mempermudah seseorang mendapat petunjuk jelas. Tidak!Â
Dibutuhkan lebih banyak semangat pencarian agar obyek itu bisa kita temukan. Deru motorku di desa Kepuhsari dipaksa beberapa kali berbalik arah menyisakan letupan. Antara asik dan jengkel menjadi satu, guyub rukun. Asik, saya melihat kondisi desa yang....woooo begitu damai. Jengkel, merasa dikerjain si map.
Setelah bertanya pada penduduk Kepuhsari keyakinan saya kian meninggi. Perlu diketahui, desa Kepuhsari membawahi 15 dusun. Nah, air terjun Banyu Nibo masuk wilayah dusun Ngluwur. Betapa luas cakupan wilayah desa ini.
Lihat Travel Story Selengkapnya