Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Aku, Hud Hud, dan MALAIKAT

23 Juni 2018   15:55 Diperbarui: 23 Juni 2018   16:06 1120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku mendiam. Kebiasaan ini aku genggam. Hud-hud terus mengumbar cerita sembari mematuki punggungku. Irama benturan paruh dengan kulit menciptakan bunyi alami.

"Baginda Sulaiman adalah raja yang bijak. Sangat dicintai makhluk yang berdiam diwilayahnya. Dari jin, manusia hingga cindil(anak tikus)di ayomi, diperlakukan sebagaimana hakikatnya. Ia imparsial. Ini menimbulkan rasa hormat serta cinta pada baginda. Impresiv. Kerajaannya sungguh makmur, gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja.

Tapi sayang, makhluk satu yang bernama manusia memang kadang tak tahu balas budi. Penuh nafsu angkara, jahat, serakah, manipulatif".

"Masa?". Aku menyanggah. "Pengasuhku manusia baik"

"Kyai belum tahu saja. Nanti suatu saat akan tahu macam apa pengasuhmu itu".

Nafasku tertahan beberapa detik. Kalimat terakhir seperti gelombang panas menghantam nurani. Sesak.

"Kebijakan yang yang diterapkan baginda ternyata belum cukup memuaskan hasrat manusia. Sekelompok diantara rakyatnya berhasil diprovokasi jin ifrit untuk menggulingkan tahtanya. Ketika beliau gencar-gencarnya mencurahkan perhatian pada pembangunan kawasan pinggir, kelompok tadi-terdiri dari golongan hedonis, picaroon, beberapa elit kabinet-melakukan konspirasi. Agitasi diledakkan dikerumunan rakyat agar terjadi perpecahan dan ketidaknyamanan. Hingga pecahlah coup d'etat. Huru-hara melimpah menyeruak, mengharubiru. Endemik kebingungan menggerogoti hati rakyat. Sabda beliau sudah tidak didengar lagi"

Hud-hud bercerita dengan mimik sedih.

"Usia uzur membuka jalan bagi sayap pemberontak menyingkirkan beliau dari singgasana. Badai pemberontakan batas akhir beliau memimpin kerajaannya. Aku melihat dengan jelas detik-detik peristiwa itu. Baginda terjungkal dan meninggal dunia"

"Stop!". Aku berteriak lantang hingga pengasuhku njondil(kaget)

"Wah..wah..kamu ngaco luar biasa! He! Apa dikira aku tidak paham kisah itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun