Petualang kok jirih (penakut), Ora jirih bro, muk waspada. Takut itu diberikan Tuhan agar kita tidak jumawa. Setelah agak lama suasana menjadi kondusif.
Dari beberapa literatur yang pernah saya baca, laut adalah tempatnya jin main dakon, eh maaf, bersemayam. Selain itu, tempat sepi yang jarang dijamah orang juga spot favorit bagi jin peri perayangan membuat base camp. Seteguk dua teguk menjadi penawar dahaga juga penenang hati. Tadi sempat mampir di Indomart di Pracimantoro. Beberapa botol minuman dan sebungkus roti menjadi pilihan sederhana.
Angin memporak-porandakan rambutku. Dari jauh ombak bergulung-gulung datang dan pergi. Sepertinya memberi bujukan agar aku segera turun. Setapak jalan telah dibuat untuk dilewati.Desir angin mengawal derap kaki menyapa gemuruh ombak.
Pasir putih menyambutku bersama buih berjumpalitan. Menyisir berbagai sudut bagian dari upayaku agar lebih tahu tentang pantai ini.
Melihat kondisinya, bisa dipastikan pantai ini belum banyak dikunjungi wisatawan. Masih alami-masih perawan. Cekungan yang terbentuk menjadi rendezvous beberapa ikan. Tanganku menangkup air menghasilkan bunyi tapi terpangkas gelegar ombak. Beberapa batu berserak dengan berbagai ukuran, warnapun beragam: merah, kuning gading, biru, putih.
Perasaan tenang terapung begitu jari kaki dikerumuni butiran pasir.
"Monggo pak", sapaku.
bapak itu tersenyum. "Rencangi pundi, mas?", tanya si bapak
"Kulo piyambakan"
Wajah kaget tercetak. Sepertinya tidak percaya kalau saya sendirian ke pantai ini.
"Ngatos-atos mas", nasehat petani tersebut, langkahnya dilanjutkan menuju sisi tebing sebelah barat. Ternyata bapak itu tidak sendirian. Menyusul kemudian dua rekannya yang juga memanggul rumput. Saya yakin buat pakan ternak, kalau tidak sapi atau kambing. Bisa juga dua-duanya. Mereka beristirahat dibawah keteduhan.