Lelaki itu mematikan ujung api-padahal masih setengah. Dia mengerti beberapa pengunjung terganggu oleh cendawan yang ia buat.
"Hidupku yang luntang-lantung sebagai preman dan keinginan melepaskan diri dari rutinitas kehidupan gelap telah tercium mereka. Hal ini menjadi daya pijak untuk merekrutku. Untuk menarik anggota baru."Â
"Awalnya mereka mengajak bertemu dengan cara makan-makan. Pun demikian denganku. Itu tidak sekali dua kali, tapi kontinyu. Mirip gelombang laut menampari bibir pantai. Ternyata satu dari tetanggaku-tanpa aku ketahui-adalah anggota kelompok tersebut. Tak heran, kenapa aku begitu diharapkan. Keberanianku dalam dunia kekerasan menjadi bidikan utama"
Kawannya manggut-manggut mencoba paham.
"Pimpinan mereka, dalam sebuah kesempatan menyuruh aku untuk bertemu tanpa boleh membawa teman. Disitulah aku di ceramahi. Segala propaganda disemburkan. Pelan tapi pasti aku terjerat. Subtil sekali. Ucapan pimpinan adalah garis perjuangan. Tak ada kata pembantahan. Kalau rencana 'A' sudah diputuskan, mustahil untuk dibelokkan jadi 'B'. Mereka militan sekali"
Hawa malam sedikit gerah. Beberapa pembeli mengipasi tubuh mereka. Musim kemarau tahun ini sesekali masih dihujani gempuran air dari langit. Anomali terjadi. Keadaan yang sama menimpa beberapa individu.Â
Mereka mengalami anomali hidup. Pasca reformasi menjadi pintu kebebasan mengambil lahan untuk ditumbuhsuburkan. Gerombolan burung gagak mengepakkan sayap, berteriak lantang berulang memberi peringatan: kami akan berpesta.
"Wajah gadis kecil itu masih kuingat sampai sekarang. Ia seolah dikirim Tuhan untuk mengembalikan diriku pada shirotol mustaqiem.
"Lalu?", tanya kawannya
"Ya begitulah", lelaki itu menyeruput teh yang telah lama panasnya menguap, "Peristiwa itu menjadi titik balik. Aku menenangkan diri ke rumah pakde-ku di sebuah desa pelosok di wilayah Wonogiri. Sayangnya, jeritan gadis kecil itu masih saja terus menguntit, bahkan dalam tidurku"
Dari kekerasan ke kekerasan lagi bukan harapan sebenarnya. Harapan lelaki itu, dirinya mendapatkan ketenangan jiwa yang selama itu hilang dari kalbu. Hijrah.