Mohon tunggu...
romanoaqila
romanoaqila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Sejarah di Universitas Padjadjaran

Halo, saya Romano, seorang mahasiswa yang saat ini menempuh pendidikan Ilmu Sejarah di Universitas Padjadjaran. Saya merupakan seorang extrovert yang sangat suka bersosialisasi, jalan-jalan, dan mencoba hal serta pengalaman baru di luar sana. Semoga tulisan saya di laman kompasiana bisa memberikan manfaat untuk para pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sunan Kalijaga: Wali Songo yang Menyebarkan Islam dengan Kesenian

31 Desember 2024   12:52 Diperbarui: 31 Desember 2024   12:51 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Latar Belakang Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga yang memiliki nama asli Raden Mas Said, merupakan salah satu anggota Wali Songo (Sembilan Wali) yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Sunan Kalijaga lahir sekitar tahun 1450-an Masehi. Kalijaga merupakan putra dari Tumenggung Wilatikta yang merupakan bupati Tuban pada masa itu. Secara tidak langsung menandakan bahwa Sunan Kalijaga merupakan seorang berdarah biru.

Masa kecil Sunan Kalijaga sama seperti anak pada umumnya, hanya saja ia harus menaati perintah ayahnya untuk memperdalam ajaran agama Islam. Meskipun memiliki latar belakang keluarga beragama Islam, tetapi tetap tunduk di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit yang menganut Hindu-Buddha. Ketika kecil, Sunan Kalijaga juga diajarkan cara menjadi seorang pemimpin seperti ayahnya, dan hal tersebut berdampak terhadap sifat Sunan Kalijaga yang menjadi adil dan bijaksana.

Asal-usul Nama Sunan Kalijaga

Beranjak dewasa, Sunan Kalijaga menyadari bahwa ayahnya memungut pajak yang besar dari rakyat Tuban masa itu. Hal tersebut membuat hati Sunan Kalijaga menentang kebijakan Tumenggung Wilatikta, kemudian membuat Sunan Kalijaga diusir dari Kadipaten Tuban. Pasca diusir dari Kadipaten Tuban, Sunan Kalijaga mulai melancarkan aksinya, yaitu merampok orang kaya yang melewati wilayahnya, dan membagikan hasil rampasan tersebut kepada rakyat miskin. Hal tersebut membuat Sunan Kalijaga mendapatkan julukan "Brandal Lokajaya". Suatu ketika, Sunan Kalijaga hendak merampok seseorang yang membawa tongkat, dan tongkat tersebut terlihat bercahaya seperti barang mewah. Setelah berhasil merebut tongkatnya, tiba-tiba tongkat tersebut kembali menjadi tongkat biasa yang tidak memiliki daya tarik. Ternyata pria yang membawa tongkat tersebut merupakan Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim). Sunan Kalijaga terpukau dengan Sunan Bonang, dan terus mengikuti Sunan Bonang untuk berguru. Sunan Bonang kemudian menancapkan tongkatnya di tepi sungai, dan menyuruh Sunan Kalijaga untuk menjaga tongkatnya Sunan Bonang juga mengatakan kepada Sunan Kalijaga untuk bertafakur sampai dirinya datang kembali untuk mengambil tongkat tersebut. Setelah beberapa waktu terlewati, akhirnya Sunan Bonang kembali ke sungai tersebut untuk mengambil tongkatnya. Selain itu, Sunan Bonang juga membangunkan Sunan Kalijaga yang selama ini telah menjaga tongkatnya. Karena Sunan Kalijaga berhasil melakukan hal yang harus dilakukan oleh Sunan Bonang, maka Raden Mas Said pun mendapatkan julukan Sunan Kalijaga.

Proses Dakwah Sunan Kalijaga

Sebagai seorang yang terlahir dengan latar belakang bangsawan, serta memahami penderitaan rakyat miskin, Sunan Kalijaga yakin bahwa dalam menyebarkan ajaran Islam tidak perlu menggunakan kekerasan. Sunan Kalijaga juga percaya bahwa masyarakat Jawa yang masih tradisional dan masih memiliki pengaruh dari Hindu-Buddha, akan menerima ajaran Islam ketika dipadukan dengan budaya lokal. Hal tersebutlah yang menjadi alasan Sunan Kalijaga untuk menyebarkan ajaran Islam melalui kesenian dan budaya. Media dakwah Sunan Kalijaga di antaranya ialah melalui pertunjukan wayang, syair dan tambang, serta gamelan.

Dakwah yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga kemudian menghasilkan sebuah pertunjukan wayang tradisional, yang dikatakan bahwa untuk tiket masuknya cukup dengan mengucapkan kalimat syahadat tanpa paksaan. Selain itu, terdapat pula tembang yang kita kenal saat ini merupakan ciptaan Sunan Kalijaga, seperti Gundul-gundul Pacul, Lir-ilir, dan Lingser Wengi. Gundul-gundul Pacul memiliki makna supaya para pemimpin harus mengutamakan kesejahteraan rakyatnya. Lalu Lir-ilir memiliki makna untuk tetap hidup sederhana, bekerja sama, saling bersatu, dan  bersyukur atas segala sesuatu yang kita punya. Lingser Wengi memiliki makna penolak bala dan mengingat diri kepada Tuhan.

Kesimpulan

Meskipun terlahir dari keluarga bangsawan, Sunan Kalijaga juga masih tetap memikirkan rakyat miskin walaupun dengan cara yang salah. Sunan Kalijaga juga merupakan salah satu dari Wali Songo yang menggunakan kesenian serta budaya untuk menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa. Karena hal itu lah, Sunan Kalijaga tidak asing bagi masyarakat Jawa hingga saat ini. Selain itu, karya-karya Sunan Kalijaga juga masih bertahan hingga saat ini seperti Gundul-gundul Pacul, Lir-ilir, serta Lingser Wengi.

Daftar Pustaka:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun