Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara adalah nama pena. Tinggal di Kepi, Desa Rapowawo, Kec. Nangapanda, Ende Flores NTT. Mengenyam pendidikan dasar di SDK Kekandere 2 (1995). SMP-SMA di Seminari St. Yoh. Berchmans, Mataloko, Ngada (2001). Pernah menghidu aroma filsafat di STF Driyarkara Jakarta (2005). Lalu meneguk ilmu ekonomi di Universitas Krisnadwipayana-Jakarta (2010), mengecap pendidikan profesi guru pada Universitas Kristen Indonesia (2011). Meraih Magister Akuntansi pada Universitas Widyatama-Bandung (2023). Pernah meraih Juara II Lomba National Blog Competition oleh Kemendikristek RI 2020. Kanal pribadi: floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memprihatinkan, Kondisi Bangunan Sekolah di Dapil Setya Novanto

16 Desember 2015   00:09 Diperbarui: 16 Desember 2015   08:41 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Tampak depan bangunan SMP N 8 Kupang Timur di Dapil SN "]Tampak depan bangunan SMP N 8 Kupang Timur di Desa Oelatimo, Kecamatan Kupang Timur, Kupang, NTT (dok Adin Mone Djoe)

PRO-kontra, dukung versus tidak dukung terhadap Setya Novanto (SN) terkait perilaku tidak etis dan memalukan warga NTT menguak deras. Sikap menentang datang dari berbagai elemen warga NTT, baik yang berada di wilayah NTT maupun warga NTT diaspora. SN dianggap telah menodai kepercayaan ‘suci’ yang diberikan kepadanya. SN dinilai tidak mampu mengemban amanat maha luhur warga NTT dengan etis. Sebagai wakil rakyat dari NTT, SN tidak mencerminkan harga diri dan martabat warga Flobamorata (Flores, Sumba, Timor, Alor dan Lembata).

Meski demikian sikap menentang SN bukanlah jalan bebas hambatan. Sesama warga NTT, yang mengaku turut keciprat buah karya SN tidak tinggal diam. Kelompok yang juga mengatasnamakan warga NTT ini, tanpa malu membuka suara. Mereka membentang spanduk dukungan kepada SN.

Dualisme sikap warga NTT terhadap kasus SN, justru menimbulkan perdebatan baru, sekaligus mengungkit siapa yang layak dipersalahkan. Jujur, tudingan tentu diarahkan kepada warga dapil NTT 2. Timor, Sumba, Rote dan Sabu Rajua. Dan bukan wilayah Flores, Alor dan Lembata-dapil NTT 1. Ini tidak terbantahkan. Terkesan rasis, bahkan SARA. Iya, memang. Siapa yang bisa melarang obrolan orang awam di kebun kopi, kalau begini. Ini persoalannya, andai kita mau jujur. Dan tulisan ini pun tidak sedang menyebarkan kebencian, tapi hanya sekedar mengingatkan kepada sesama warga NTT. Segera melihat kasus yang menimpah SN ini secara bersih bening. Tanpa ada ‘balas jasa’ terhadap karya usaha SN, baik diterima secara pribadi maupun kelompok.

Lebih dari itu, tulisan ini hanya mengajak kita segera melihat kembali, benarkah karya dan pelayanan SN sudah membuat NTT keluar dari kemiskinan. Atau sebaliknya. Jangan sampai, karya baik itu hanya datang hari-hari menjelang pemilihan legislatif. Lalu kita mengakuinya, sebagai ‘penyelamat dunia’ NTT.

[caption caption="Desa Oelatimo, Kecamatan Kupang Timur, Kupang "]

Bangunan SD Negeri Kofi di Desa Oelbiteno, Kecamatan Fatuleu Tengah, Kabupaten Kupang, NTT (dok. Adin Mone Djoe)

Contoh kontras yang sangat nyata, beberapa kondisi bangunan sekolah di wilayah pemilihan SN sangat memperihatinkan. SDN Kofi di Desa Oelbiteno, Kecamatan Fatuleu Tengah, Kabupaten Kupang, masih sekota dengan letak Novanto Center. Ada juga SMP N 8 Kupang Timur, di Desa Oelatimo, Kecamatan Kupang Timur, Kupang pun ingin rasanya mau menangis. Lalu kita boleh bertanya, di mana karya baik dan pelayanan SN untuk wilayah dapilnya?

Akhirnya, segera kita lupakan masa lalu. Tidak ada warga yang salah dalam memilih wakilnya. Hanya saja sang calon wakil rakyat lihai memilih dapilnya. Ini pelajaran maha penting bagi warga NTT pada pemilu ke depan. Salam semakin bermartabat.

---tengah malam, yang tercecer di bibir Bita---

[caption caption="Novanto Center"]

Tampak salah satu sisi Novanto Center, di Kupan, NTT (TEMPO/Jhon Seo)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun