[caption caption="Suasana Seminar Proposal Tesis"][Suasana Seminar Proposal Tesis] Sumber gambar : di sini
UDARA kota rahim Pancasila (Ende, Flores) belum gerah. Sejenak ‘coffee break’ dari aktivitas setengah hari kemarin, kami memojok di sudut area kantor, mengambil tempat duduk cor, berdesain kursi taman yang tidak mudah dipindahkan, membundar dan membentuk lingkaran meja cor semen.
Sambil menyeruput kopi hangat aroma khas Bajawa, Flores, seorang teman senior turut menimbrung. Ia melanjutkan kuliah S2 pada sebuah kampus negeri di kota Malang setelah belasan tahun mengabdi pada gerakan pemberdayaan ekonomi kerakyatan di Flores. Kini sedang berlibur natal dan tahun baru sekaligus menyusun tesis. Katanya, tidak lama lagi ujian tesis sekitar Agustus 2016 ini.
Sebagai seorang yang pernah bermimpi dan terus bercita-cita melanjutkan pendidikan ke jenjang pascasarjana, saya sangat tertarik, tertegun setiap kata-katanya. Sampai – sampai, kopi saya mendingin. Hampir pandangan tak sedikitpun berpaling, dan mata seolah bosan berkedip.
Cerita dibuka, mulai awal perkuliahan, perilaku sebagai anak kos yang serba irit hingga duduk berjejer di setiap lokasi strategis untuk bertemu sang profesor lewat, sekedar konsultasi cepat kilat atau berikat janji waktu konsultasis judul proposal tesis. Pernah, katanya, ia bernai mencegat sang profesor sebelum masuk mobil, yang menurut teman-teman lainnya sebagai tindakan yang malapetaka bin celaka, asalkan tetap mengedepankan sopan santu, yakinnya. Dan toh berhasil, mereka berdiskusi cukup lama, membuat teman-teman lain iri.
Berlanjut, katanya, ada beberapa kiat tepat sasar supaya lulus tepat waktu dengan nilai yang memuaskan, bahkan jika tidak ada aral melintang, cum laude sudah di telapak tangan. Cukup dengan menjadi mahasiswa yang mudah diingat secara baik oleh profesor-profesor.
Untuk itu, ada beberapa tips, yang pertama, mahasiswa pascasarjana harus tepat waktu. Disiplin. Hindari sang profesor masuk ruang kuliah lebih dulu dan sesi kuliah telah dimulai. Sehalang apa pun, jadilah orang pertama. Dengan demikian, profesor akan mengingat anda sebegai orang yang cerdas memanajemen waktu.
Yang kedua, sebaiknya menempati tempat duduk yang sama setiap kuliah, posisi yang sama, bila perlu kursi dan meja yang sama. Jangan pindah-pindah tempat duduk. Tidak ‘nomaden’. Dengan itu, profesor akan mengingat anda, sebab kadang-kadang profesor-profesor sudah terserang penyakit tua, agak pikun dan lupa. Dengan berpindah tempat duduk setiap kuliah, sang profesor sudah pasti mengerutkan dahi, bergeming dan ‘loading’ berpikir lamban hanya untuk mengingat kita.
Ketiga, hindari ‘melawan’ argumentasi profesor ketika diskusi, debat dan sharing gagas. Meski kita tahu, argumentasi kita benar. Tanamkan rendah hati dan sikap mengalah. Tidak ‘ngotot’ dengan pendapat kita. Bahkan dalam konsultasi pemilihan judul proposal tesis pun, tetap cepat mengalah untuk menang, jika ingin tidak menjadi mahasiswa abadi. Tidak berarti profesor adalah ‘Tuhan’ yang mesti disebahsujudkan, hanya saja kita mesti menempatkan diri sebagai orang yang mau dilatih, dibimbing dan dididik. Ini semacam mata kuliah wajib buat mahasiswa yang mau cepat ujian proposal. Hanya dengan demikian, kita diingat oleh profesor sebagai mahasiswa yang rendah hati.
Keempat, masih berhubungan dengan yang tips ketiga di atas, jika kita terlanjur membantah, dalam tempo sesingkat-singkatnya bertemu sang profesor, lalu meminta maaf. Hindari konflik dengan mereka. Hanya dengan demikian, ia mengingat kita sebagai mahasiswa yang sadar akan kesalahannya.
Lalu, tips kelima, tetap tanamkan kejujuran. Hindari ‘copy-paste’ karya tulis orang. Buang jauh-jauh plagiat bahan presentasi orang lain. Sebutkan sumber yang benar andai mencomot pendapat orang lain. Dan yang lebih penting, mampu menjelaskan tugas yang dipresentasikan. Hanya dengan cara ini, kita mudah diingat sebagai mahasiswa yang jujur dan tidak korupsi di kemudian hari.