[caption id="attachment_347886" align="aligncenter" width="320" caption="Kiri - Kanan: Cletus Kako Odja (Moderator), Mikhael H Jawa (Manajer Puskopdit Flores Mandiri selaku Pemateri), Marselinus Y W Petu (Bupati Ende) dan Arhkarius Sawa (Ketua Pengurus Kopdit Ampera)"][/caption]
Bupati Ende Ikuti Pendidikan Dasar Kopdit
Pendidikan menjadi salah satu dari empat pilar gerakan Koperasi Kredit (Kopdit). Tiga pilar lainnya adalah swadaya, solidaritas dan inovasi. Keempat pilar ini menjadi sendi gerakan Koperasi Kredit menuju lembaga keuangan profesional dan terpercaya.
“Pendidikan adalah salah satu pilar dalam koperasi kredit dari empat pilar yakni solidaritas, swadaya dan inovasi. Sebab itu setiap anggota Kopdit wajib mengikuti pendidikan dasar sebagai salah satu syarat menjadi anggota”.
Akharius Sawa, Ketua Pengurus Koperasi Kredit Ampera menyampaikan ini dalam sambutan pembukaan pendidikan dasar bagi anggota Kopdit Ampera di Kekandere, Desa Kekandere, Kecamatan Nangapanda, Ende, Sabtu (12/07). Menurutnya, jatuh bangun sebuah Koperasi Kredit tergantung dari pengetahuan dan keterampilan anggota dalam mengelola keuangan. Pendidikan menyadarkan dan membuka cara berpikir anggota Kopdit untuk simpan teratur, pinjam bijaksana dan angsur tepat waktu.
Hadir dalam pendidikan dasar Kopdit ini, Bupati Ende, Marselinus Y. W Petu, selaku anggota baru dengan Nomor Buku Anggota 855, Ibu Ketua PKK Kabupaten Ende, Mikhael Hongkoda Jawa, Manajer Pusat Koperasi Kredit Flores Mandiri sebagai pemateri utama, Kepala Desa Kekandere, Kepala Desa Uzu Zozo, Fungsionaris dan anggota serta calon Kopdit Ampera. Jumlah peserta yang hadir 300 lebih orang. Pendidikan dasar ini dilaksanakan di Kantor Kopdit Ampera.
Miskin Wawasan
Mikhael H. Jawa dalam pemaparannya mengenai Ansos (Analisis sosial) mengajak peserta pendidikan dasar untuk menemukan cara pandang baru terhadap Koperasi Kredit. Sekaligus menyadarkan anggota akan kondisi hidup saat ini, menuntun anggota Kopdit menuju perencanaan kesejahteraan dalam kebersamaan melalui hidup berkoperasi serta membentuk karakter untuk memulai aksi nyata. Menabung di Koperasi Kredit adalah aksinya nyata itu, tegas Mikhael.
Manajer Pusat Koperasi Kredit Flores Mandiri, yang memayungi Kopdit se – tiga Kabupaten; Ende, Ngada dan Nagekeo ini lebih lanjut menjelaskan, untuk membangun karakter menabung adalah keterbukaan cara berpikir. Sebenarnya kita tidak miskin secara materi tetapi miskin wawasan, pengetahuan dan karakter yang dapat mengoptimalkan segala potensi diri dan wilayah kita untuk dikelola secara benar. Cara berpikir kita yang benar akan menghasilkan cara bertindak yang benar. Cara bertindak kita membentuk kebiasaan. Kebiasaan membentuk watak dan karakter. Selanjutnya karakterlah yang mampu menentukan masa depan kita, urainya.
Pada akhir pendidikan, Mikhael H. Jawa menyampaikan apresiasi atas kerendahan hati seorang kepala daerah yang mau ‘turun ke bawah’ dan menjadi anggota Kopdit.
“Dalam gerakan Koperasi Kredit Indonesia, baru ini yang pertama kali, seorang bupati menghadiri pendidikan dasar Kopdit”. Sebenarnya cikal – bakal Koperasi Kredit dimulai dari pemerintah. Friedrich W.Raiffeisen, penggagas Koperasi Kredit seorang walikota di Flamerfield – Jerman pada 1844, kata Mikhael.
Ekonomi Yang Memiliki Karakter
Bupati Ende Ir Marselinus Y. W Petu mengungkapkan terima kasih berlimpah kepada fungsionaris Koperasi Kredit Ampera yang telah menerimanya menjadi anggota Kopdit.
Menurut Bupati Ende, ada dua tiang utama pembangunan ekonomi masyarakat, yakni basis ekonomi dan sistem ekonomi. Sistem ekonomi yang memiliki karakter adalah koperasi.
Bupati Ende yang mengusung program ‘Membangun dari Desa’ ini berharap agar anggota Kopdit lebih giat dalam membuka usaha – usaha produktif. Ia menguraikan, ada ungkapan bahasa Ende, pertama, “tendo tembu, zoka mboka” – menanam sampai menumbuh, menabur sampai memekar untuk petani. Kedua, “peni nge, wesi mewu” – memberi makan ternak sampai berkembang biak untuk peternak. Ketiga, “weke toki, soro sai” – memanci dan menjala sampai dapat ikan untuk nelayan. Keempat, “teka laku, daga mbeta” – jual sampai laris untuk pedagang. Keempat ungkapan ini adalah kiat sukses berusaha produktif dalam berkoperasi sesuai profesi masing – masing.
“Sertakan juga kami pada pertemuan – pertemuan lintas koperasi se – Puskopdit Flores Mandiri di Ende”.
Aset
Hingga 30 Juni 2014, Koperasi Kredit Ampera memiliki 855 anggota, dengan total aset sebesar Rp3.055.146.170. Kopdit yang telah memiliki kantor berlantai dua ini mengumpulkan modal sendiri sebesar Rp2.325.110.874 dan saldo pinjaman anggota sebesar Rp1.719.901.000.
“Sejak dibentuknya 10 Oktober 1983, Kopdit Ampera memang lamban dalam pertumbuhan dan perkembangan dari segi anggota dan aset namun sebagai kekuatan ekonomi pedesaan di wilayah Tana Zozo, profesionalitas pelayanan menjadi kunci utama. Bukan soal banyak tetapi kualitas anggota. Itu visi kami”, ujar Markus Meka, Manajer Kopdit Ampera.
“Kehadiran Bupati Ende menjadi anggota dan mengikuti pendidikan dasar Kopdit ini mendorong kita untuk membangun keswadayaan ekonomi masyarakat melalui hidup berkoperasi”, katanya.
Oleh Roman Rendusara, Staf Puskopdit Flores Mandiri, Flores Pos 15 Juli 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H