Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara adalah nama pena. Tinggal di Kepi, Desa Rapowawo, Kec. Nangapanda, Ende Flores NTT. Mengenyam pendidikan dasar di SDK Kekandere 2 (1995). SMP-SMA di Seminari St. Yoh. Berchmans, Mataloko, Ngada (2001). Pernah menghidu aroma filsafat di STF Driyarkara Jakarta (2005). Lalu meneguk ilmu ekonomi di Universitas Krisnadwipayana-Jakarta (2010), mengecap pendidikan profesi guru pada Universitas Kristen Indonesia (2011). Meraih Magister Akuntansi pada Universitas Widyatama-Bandung (2023). Pernah meraih Juara II Lomba National Blog Competition oleh Kemendikristek RI 2020. Kanal pribadi: floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

"Wija", Skincare Wajah Kaum Hawa di Ende, NTT

23 Mei 2021   20:03 Diperbarui: 24 Mei 2021   05:12 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skincare wajah kaum hawa. Foto: farmaku.com

Jauh sebelum mengenal produk-produk penjaga kesehatan kulit (skincare) modern yang beredar luas di pasar, salon-salon kecantikan, dan pusat perbelajaan, saya sudah mengenal skincare tradisional. "Mama-mama" (kaum ibu) di Flores-Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah biasa meracik sendiri. Bahan-bahannya dari tanaman dan tumbuh-tumbuhan. Semuanya itu diperoleh dari pekarangan rumah, kebun, dan hutan.

Khusus skincare wajah-untuk merawat kesehatan kulit wajah, "mama-mama" di kampung kami menggunakan tanaman herbal. Selain murah, bahan-bahannya mudah didapatkan. Ada temulawak, kunyit, dan beras. Temulawak dan kunyit diambil dari pekarangan rumah. Beras biasanya menggunakan beras dari padi ladang yang ditumbuk dengan lesung dan alu.

Di Ende-Pulau Flores, skincare wajah ini namanya "wija". Temulawak dan kunyit yang sudah dicuci bersih bersama beras ditumbuk atau diulik. Setelah halus benar, ditambahkan sedikit air. Tidak menunggu lama, racikan itu sudah siap untuk dioles ke wajah. "Wija" adalah masker wajah.

Biasanya, "mama-mama" melakukan "wija" setelah selesai masa panen padi dari kebun ladang atau sawah. Lantaran selama masa bercocok tanam hingga mengetam padi, mereka rela berjemur di panas terik.

"Wija" bisa jadi penanda bahwa musim panen telah usai. Kesempatan "mama-mama" bersantai di rumah. Mereka merawat dan memanjakan diri. Sesekali mereka bercengkerama dengan tetangga. Hal ini dilakukan sebelum musim membuka ladang atau mengolah sawah dimulai.

Jika kita berkunjung ke sebuah kampung pada musim pasca panen, jangan sekali-kali kaget ketika menemui "mama-mama" keluar rumah dengan wajah seperti bulan purnama. Nyaris semua wajah ditutupi "wija", kecuali mata. Mereka merawat kulit wajah dengan cara sederhana.

Namun, dipastikan dapat memperbaiki masalah kulit wajah, seperti bintik hitam dan keriput. Juga, anak-anak gadis remaja menggunakannya untuk menghilangkan jerawat.

Akhirnya, dari pelajaran biologi saya tahu, masker temulawak dapat membuat kulit cerah, menghaluskan kulit wajah, dan mencegah penuan. Sementara kandungan antiradang pada kunyit mampu menghilangkan jerawat dan kerutan wajah. Dan, beras mengandung antioksidan, untuk menjaga kelembaban kulit.

Selamat mencoba!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun