Hari ini, Jumat (9/4/2021), Presiden Joko Widodo tiba di Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pagi pukul 09.30, pesawat kepresidenan mendarat di Bandara Frans Seda, Kota Maumere di Kabupaten Sikka. Jokowi melanjutkan perjalanan ke Pulau Lembata dengan helikopter milik TNI Angkatan Udara.
Kedatangan Jokowi memenuhi harapan warga korban bencana alam siklon tropis di NTT. Terkhusus yang terdampak paling parah, yakni di Ile Ape, Kabupaten Lembata. Ia pun selanjutnya mengunjungi warga di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur.
Dalam tayangan gambar bergerak yang beredar, warga sangat antusias menyambutnya. Tua-muda, laki-perempuan memadati pinggir jalan. Bahkan sebagian merangsek masuk hingga badan jalan. Mereka melambaikan tangan. Â Beberapa berteriak histeris, "Jokowi."
Laman maya jagat "Flobamorata" (NTT) menyambut hangat Jokowi. Beribu kalimat "Terima kasih, Pak Presiden" terucap jujur, sebab Jokowi tidak menutup mata terhadap derita warga korban bencana alam. Tak lupa, netizen lain mendoakan Jokowi agar sehat selalu, "Sehat selalu, Bapak."
Sebenarnya bukan hanya Jokowi yang datang langsung, mengunjungi korban bencana. Ketika bencana belum redah, Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Doni Monardo pertama kali menginjakkan kaki Adonara. Ia tiba Senin (5/4) sore. Bersama dengannya, bala bantuan datang. Terutama helikopter untuk membuka wilayah yang terisolasi bencana.
Sehari setelah itu, Menteri Sosial Tri Rismaharini pun memijakkan kaki di Flores Timur, kemudian ke Adonara pada Selasa (6/4). Kehadiran Mensos sebagai instruksi presiden untuk memastikan logistik dan distribusinya. "Saya harus memastikan bahwa mereka semua mendapat makanan," kata Risma di Kantor Kecamatan Adonara Timur.
Namun kehadiran Jokowi "seakan" membuat bencana sirna. Warga seakan lupa 117 korban yang meninggal, 76 hilang dan 147 mengalami luka-luka (KOMPAS, 7/4/2021). Duka lenyap sekejap. Sedih terhapus barangkali sedetik. Kisah pahitnya diterpa bencana mungkin terhempas sejenak. Jokowi datang menghapus duka. Warga yang terlarat-larat bangkit gembira.
Sambutan warga terhadap orang nomor satu ini, menurut saya, membawa dua pesan. Pertama, menghapus salah. Sudah dikira, pemerintah pusat akan acuh tak acuh terhadap derita korban. Pasalnya, ketika angin kencang menghantam wilayah NTT, Jokowi sedang "kondangan." Publik NTT menghujat, "Jokowi lebih peduli dengan orang kaya".
Sakit hati bertambah, pasca-bencana, persinya di hari Minggu (4/4), tak satu pun televisi nasional memberitakan bencana alam NTT. Justru berita "kawinan" menghias layar kaca. Baru pada Senin (5/4), bencana alam disiarkan. Namun namanya netizen selalu punya alasan, "giliran mau nonton berita, parabola sudah dibawa angin."
Kedua, ada harapan. Jokowi menabur asa di Adonara dan Lembata. Di pundak "orang baik" ini ada harapan akan NTT segera pulih dan bangkit . Makanya, berkali-kali Jokowi ke NTT, sambutan tetap dengan rasa yang sama. Selebihnya, nurani jujur warga tahu persis, siapa yang pantas dipuja-puja, dan siapa yang pantas untuk ditolak.