Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara adalah nama pena. Tinggal di Kepi, Desa Rapowawo, Kec. Nangapanda, Ende Flores NTT. Mengenyam pendidikan dasar di SDK Kekandere 2 (1995). SMP-SMA di Seminari St. Yoh. Berchmans, Mataloko, Ngada (2001). Pernah menghidu aroma filsafat di STF Driyarkara Jakarta (2005). Lalu meneguk ilmu ekonomi di Universitas Krisnadwipayana-Jakarta (2010), mengecap pendidikan profesi guru pada Universitas Kristen Indonesia (2011). Meraih Magister Akuntansi pada Universitas Widyatama-Bandung (2023). Pernah meraih Juara II Lomba National Blog Competition oleh Kemendikristek RI 2020. Kanal pribadi: floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Layanan Antar Makanan Menyubur, Ende's Market Meroket

24 Februari 2021   10:54 Diperbarui: 24 Februari 2021   11:00 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan Layar Ende's Market. Diambil 24/2/2021 oleh Roman Rendusara

Ilmu marketing (pemasaran) terus berevolusi. Seturut perubahan waktu. Terutama di tengah pandemi ini saat pembatasan mobilitas warga terus disiarkan. Di mulai dari era tradisional yang disebut dengan Marketing 1.0 hingga menuju era terkini, Marketing 5.0.

Era Marketing

Era Marketing 1.0 merujuk pada saat perusahaan-perusahaan fokus menciptakan produk-produk terbaik. Kemudian. muncul istilah era Marketing 2.0 yang berasaskan customer-oriented. Produksi barang dan jasa mulai mempertimbangkan kebutuhan pelanggan yang berbeda-beda. Perusahan menciptakan produk dengan harga yang bersahabat dengan isi dompet pelanggan.

Kemudian, muncul era Marketing 3.0 yang berorientasi pada kebutuhan tersembunyi (hidden needs) dari pelanggan. Pemasar perlu cerdas melihat kebutuhan lain pelanggan. Pada era Marketing ini, perusahaan pun dituntut lebih ramah lingkungan sosial dan alam.

Tangkapan Layar Ende's Market. Diambil 24/2/2021 oleh Roman Rendusara
Tangkapan Layar Ende's Market. Diambil 24/2/2021 oleh Roman Rendusara
Era Marketing 4.0 berkembang setelah era marketing tradisional (1.0-3.0). Akibat digitalisasi yang merambat, pola pemasaran pun berubah ke serba digital, online maupun offline.

JAKFLO dalam Perawatan

Di kota Ende, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), memang aplikasi digital belum semeriah di kota-kota besar. Namun, ruang-ruang belanja online sudah mulai menjamur. Sebut saja; Shopee dan Lazada. Begitu pula dengan layanan antar makanan. Warga kota Ende belum menggunakan aplikasi sebeken Go-Food.

Tangkapan Layar Ende's Market. Diambil 24/2/2021 oleh Roman Rendusara
Tangkapan Layar Ende's Market. Diambil 24/2/2021 oleh Roman Rendusara
Terdapat aplikasi kuliner karya anak muda Ende. Namanya JEKFLO. Aplikasi ini adalah lapak usaha pedagang kota Ende. Tujuannya, menghubungkan pedagang dengan pelanggan, penjual dengan pembeli.

JEKFLO sudah diunduh lebih dari 1.000 kali. Ia diulas baru 50 kali dan masih sedikit orang memberikan bintang pada aplikasi yang terakhir diupdate pada 17 April 2020 ini. Hingga detik ini, JEKFLO masih bisa diunduh namun sebuah pesan muncul ketika membukanya: 'Aplikasi ini dalam mode pemeliharaan, mohon mencoba beberapa saat lagi'. Terkesan, ia sedang sakit. Mungkin dalam pengobatan dan perawatan. Semoga lekas pulih, JEKFLO.

Ende's Market yang Meroket

Minat warga kota Ende terhadap layanan antar makanan kian menguat. Alih-alih menggunakan JAKFLO, Sebuah Grup Facebook bernama Ende's Market diserbu warga. Grup publik ini sudah beranggota 3 ribu lebih. Sehari bisa mencapai 850 postingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun