Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Roman Rendusara lahir dan tumbuh sebagai anak kampung di Rajawawo, Kec.Nangapanda, Ende-Flores, NTT. Kini, menetap di kampung sebagai seorang petani, sambil menganggit kisah-kisah yang tercecer. Kunjungi juga, floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Beritasatu.com Tidak Etis Memberitakan Soal TKW Hong Kong

5 November 2014   19:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:33 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_372120" align="aligncenter" width="468" caption="Jangan karena nila setitik rusak susu sebelanga - banyak BMI yang berprestasi, berkuliah dan ikut membantu ekonomi keluarga (dok Agnes Mey)"][/caption]

Sumber gambar: di sini

Saya kaget bukan main ketika media beberapa hari terakhir ini riuh memberitakan tentang kasus mutilasi yang sadis. Dua orang warga Indonesia yang diduga bekerja sebagai TKW di Hong Kong menjadi korban. Mereka adalah Sumarti Ningsih dan Jesse Lorena Ruri yang belakangan dikenal nama aslinya Seneng Mujiasih. Kedua warga negara kita ini, saudara sebangsa ini dimutilasi oleh seorang pria berwarga negara Inggris, Rurik Jutting (29 tahun).

Biang kekagetan saya bukan hanya sampai di sini. Sebagai sesama anak bangsa perasaan ikut senasib dan sepenanggungan, turut dicabik – cabik oleh pemberitaan media massa, cetak dan online yang tidak elegan, tidak berimbang dan kurang etis.

Mengapa tidak, beritasatu.com secara ‘membabi-buta’ memvonis banyak TKW di Hong Kong bekerja sebagai PSK. Ini sebuah generalisasi yang sangat tidak etis, tidak elegan dan justru sangat tidak manusiawi. Meski ini adalah pernayataan seorang Tjiro Tandjung, "Siang mereka sebagai PRT, sementara malam hari bekerja di club malam serta ada yang menjalankan pekerjaan sebagai PSK. Tapi, sebagai PSK ini belum tentu benar, karena saya hanya dapat info dari para TKI sendiri," Bahkan beliau sendiri meragukan pernyataan yang tidak mendasar itu. Ini pembunuhan karakter, bahwasanya media memvonis para pahlawan devisa di negeri sejuta apartemen itu ada ‘sambilan’ di luar pembantu rumah tangga dan profesi lainnya.

Pertanyaan penting untuk kita, di manakah rasa kemanusiaan kita ketika saudara sebangsa tertimpah masalah sesadis ini? Media tanah air ini justru memberitakan bukan substansi persoalan tapi turut menelanjanginya dengan generalisasi yang tidak elegan. Media seakan ikut mengambil batu dan melemparkan kepada dua saudari kita Sumarti dan Seneng. Untung saja mereka buka saudari kita, bukan istri, anak apalagi tetangga kita. Mereka hanya saudara sebangsa yang kebetulan mengais rezeki di negeri orang. Andai mereka adalah istri, anak, dan atau saudari kita, mampukah kita memvonis mereka bahwa mereka adalah PSK? Sayang, media ikut mengambil batu dan merajamnya, media tidak proporsional memberitakan. Generalisasi yang terlalu dini.

Naas pula bagi dua saudari kita Sumiarti dan Seneng, media tanah air ini hanya mencari penggunjung, dengan membuat judul yang konyol, tolol dan cendrung provokatif untuk membunuh karakter orang lain. Kali ini mungkin giliran TKW Hong Kong yang divonis banyak bekerja sebagai PSK. Konyol dan tolol media beritasatu.com itu nampak nyata, tidak bisa membedakan visa turis dan visa tenaga kerja.

Hal ini membuat Agnes Mey dalam status facebooknya marah besar. “Perlu baca2 sumber yg jelas sblum memuat suatu brita. itu loh jelas2 sumarti ningsih un employer gak da majikan cz visa turis .sedangkan yang jessi atau seneng mujiasih itu overstayer. ..jd jelas2 keduane sudah bukan bmi hkg, tp ilegal jalurnya..jd jangan bilang tkw hkg kebanyakn berprofesi ganda donk pls ngumpulin data yg akurat dulu br bikin berita”, tulis BMI Hong Kong asal Ende, Flores NTT.

Jadi, reporter atau wartawan media cetak maupun online perlu kroscek kebenaran berita dan punya wawasan luas soal TKW Hong Kong sebelum menulis. Sebagaimana diketahui seorang TKW Hong Kong tidak ada waktu lain selain hari minggu dan hari libur (offday) untuk berlibur atau melakukan aktivitas malam hari kecuali mereka yang hanya memegang visa turis dan atau sedang ‘overstay’. Ini yang mesti dibedakan secara jernih oleh media. Dengan demikian, media tidak ikut mengambil batu dan melemparkan kepada Sumiarti dan Seneng.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun