Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Seorang anak kampung, lahir dan bertumbuh di Rajawawo, Ende. Pernah dididik di SMP-SMA St Yoh Berchmans, Mataloko (NTT). Belajar filsafat di Driyarkara tapi diwisuda sebagai sarjana ekonomi di Universitas Krisnadwipayana, Jakarta. Terakhir, Magister Akuntansi pada Pascasarjana Universitas Widyatama Bandung. Menulis untuk sekerdar mengumpulkan kisah yang tercecer. Blog lain: floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Sistem Pelayanan Kopdit, dari Kalkulator menuju Online

19 Desember 2014   04:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:59 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_383851" align="aligncenter" width="700" caption="Sistem Pelayanan Kopdit Berbasis Komputerisasi di Kopdit Sinar Harapan, Ngada (Dok Roman)"][/caption]

ZAMAN berlari begitu cepat dengan membawa sejuta perubahan dan perkembangan nan mutakhir. Segala dimensi kehidupan pun bergerak, melangkah dan mengambil langkah seribu. Terutama ilmu pengetahuan, sosial, budaya dan ekonomi. Kemajuan teknologi dan komunikasi semakin nyata. Menghadapi perubahan demi perubahan itu, berbagai pihak berdandan siap menjamu sang perubahan. Berbagai lembaga keuangan siap mempercantik diri dengan strategi – strategi jitu. Tidak ketinggalan dengan lembaga ekonomi kerakyatan yang berbasis kearifan lokal, koperasi. Terutama Koperasi Kredit (Kopdit) dalam payung GKKI (Gerakan Koperasi Kredit Indonesia) siap menjamu mentari perubahan.

Sebagai penggenapan salah satu pilar Kopdit, Inovasi, pada 2015 nanti Gerakan Koperasi Kredit lingkup Flores Mandiri terus berinovasi demi pengembangan dan pelayanan yang cepat, akurat dan profesional kepada anggota. Sikopdit – Online adalah salah satu jawaban dari pilar inovasi itu.

[caption id="attachment_383852" align="aligncenter" width="700" caption="Anggota mengantri siap dilayani sambil memirsa TV (Dok Roman)"]

1418911583887349895
1418911583887349895
[/caption]

Sebelumnya Kopdit – Kopdit primer di bawah naungan Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) Flores Mandiri, yang membawahi Kopdit primer di Kab Ende, Kab Ngada dan Kab Nagekeo (Nusa Tenggara Timur) menggunakan Program Sikopdit – CS (Clien Server). Pengembangan bidang IT ini untuk menjawab tantangan perubahan iptek, selain daya dongkrak bersaing untuk persaingan yang sehat, terlebih dalam menghadapi MEA. Tidak menutup kemungkinan juga, ke depan akan berkembang sistem mobile dan ATM Kopdit. Mengapa tidak, anggota Kopdit bisa melakukan transaksi via ATM atau sekedar mengecek saldo melalui SMS Kopdit.

Dalam catatan sejarah, khususnya di wilayah Puskopdit Flores Mandiri, Kopdit tidak lahir semudah mengedipkan alismata. Ia bertumbuh dan berkembang dalam koridor waktu 40-an tahun. Kadang melelahkan dan merasa pengorbanan seakan sia – sia, tapi semangat solidaritas tetap kokoh untuk merangsang Kopdit terus bertumbuh sampai kini. Spirit membangun ekonomi kampung yang semakin baik justru semakin membara, dalam kondisi serba ketiadaan sekalipun.

Masih kuat dalam ingat, ketika hari – hari menjelang RAT, diterangi lampu gas dan pelita seadanya di kampung kecil Kekandere, ayah terus memijit – pijit kalkulator, menekan angka demi angka. Hanya mau memastikan anggota dengan nomor ini benar tidak menerima SHU sebesar Rp 500. Itu terjadi di tahun 80-an. Di malam yang lain, bersama jajaran pengurus, berdebat sengit soal pendapatan dan pengalokasian biaya. Mereka tidak mempersoalkan berapa jasa pengurus yang harus diterima. Hari H pun tiba, tenda bambu berdiri. Tiang – tiangnya menopang terpal biru. Mama – mama sibuk masak di belakang tenda belakang rumah. Semua menikmati bersama, duduk dan berbicara bersama, berembuk bersama, makan bersama, dan bergembira bersama. Dan aku, bocah kecil waktu itu, anak kampung, senyum bahagia sebab sangat jarang kami melihat acara pengalungan seorang utusan bupati dari kota. Itu saja yang buat kami senang, sambil memegang – megang mobil pejabat itu. Jujur, kami tidak paham soal solidaritas, salah satu pilar Kopdit itu. Inovasi pasti buat kepala pusing  lagi.

[caption id="attachment_383853" align="aligncenter" width="700" caption="Bupati Ende Ir. Marselinus Y W Petu (tengah) dalam suatu kunjungan ke Kopdit Ampera (Dok Roman)"]

14189116871936310241
14189116871936310241
[/caption]

Waktu berubah dan Kopdit pun berubah di dalamnya, tempora mutamur et nos mutamur in illio, itu kata guru bahasa Latin saya dulu. Ini semua adalah kristalisasi keringat dan airmata. Asap pekat lampu pelita berubah dengan cahaya listrik. Rumah reot seakan disulap menjadi gedung megah berlantai keramik licin. Tulis tangan, sistem manual menjadi layar – layar laptop dan PC. Dan tangan – tangan keram karena sering menekan angka – angka kalkulator sontak menjadi “klik OK” dan jadilah sebuah data dan laporan valid. Benar orang bilang, pengabdian yang tulus selalu berbuah indah.

Nah, masih ragu dengan Kopdit?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun