Mohon tunggu...
Romaito
Romaito Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

aku dengan segala kemungkinan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontra-Radikalisasi di Balik Penolakan Israel: Pelajaran dari U-20

27 November 2024   06:18 Diperbarui: 27 November 2024   06:23 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laporan BNPT juga mencatat bahwa banyak anak muda, terutama di media sosial, yang terpapar oleh propaganda radikal yang menyasar perasaan solidaritas agama. Hal ini menjelaskan mengapa keputusan-keputusan terkait Israel bisa memicu eskalasi retorika ekstrem di kalangan sebagian segmen masyarakat.

Kontra-Radikalisasi sebagai Solusi

Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk menyeimbangkan situasi, terutama dengan mendorong moderasi beragama. Wakil Presiden Ma'ruf Amin menekankan pentingnya Islam Wasathiyah (moderat) sebagai landasan untuk mengatasi radikalisasi. 

Hal ini dilakukan melalui program pendidikan toleransi dan kerja sama dengan ulama serta ormas Islam. Pemerintah juga aktif dalam mengedepankan nilai-nilai inklusivitas untuk menghindari polarisasi agama yang berlebihan.

Selain itu, melalui Perpres No. 7 Tahun 2021, pemerintah merancang Rencana Aksi Nasional Pencegahan Ekstremisme (RAN PE), yang mencakup pendekatan preventif berbasis masyarakat. 

Strategi ini bertujuan untuk menciptakan narasi yang lebih inklusif dan menolak pandangan ekstrem, dengan mendorong penguatan nilai kebhinekaan dan persatuan dalam menghadapi perbedaan, terutama dalam konteks internasional yang sensitif seperti konflik Israel-Palestina.

Kesimpulan: Olahraga di Tengah Dinamika Global

Polemik Piala Dunia U-20 di Indonesia menjadi pelajaran penting tentang bagaimana olahraga dapat terpengaruh oleh politik dan agama. Keputusan ini memunculkan tantangan besar bagi pemerintah: bagaimana menjaga keseimbangan antara prinsip-prinsip keagamaan, identitas nasional, dan komitmen internasional.

Dengan memperkuat moderasi beragama dan memprioritaskan dialog, Indonesia memiliki peluang untuk memimpin dengan memberikan contoh tentang bagaimana perbedaan dapat dikelola dalam kerangka kebhinekaan. Di masa depan, harapannya adalah agar olahraga tetap menjadi ruang netral yang mempersatukan, alih-alih menjadi ajang konflik identitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun