Hadirnya guru penggerak adalah bertujuan agar didalam satuan pendidikan untuk menjadi pelopor penggerak yang berdampak pada lingkungan sekolah, khususnywa siswa dengan berdasarkan pembelajaran berdiferensiasi. Maka dari itu didalam koneksi antar materi modul 3.1 ini membahas bagaimana seorang kepala sekolah dalam penganbilan keputusan yang bijak dan berfokus pada siswa. Dan pengambilan keputusan-keputusan tersebut tidak jatuh hal bujukan moral.
Ditujuan pembelajaran koneksi antarmateri  modul 3.1  Calon Guru Penggerak (CGP) dapat menarik kesimpulan dan melakukan refleksi bersama fasilitator terkait materi pemahaman yang baru untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Dikutip dari Bob Talber "Teaching  kids to count is fine but teaching them what counts is best " artinya  "Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik". Dati  kutipan tersebut bisa disimpulkan bahwa sebagai guru itu tidak melulu mengajarkan dan menuntaskan materi akan tetapi guru wajib bisa mendidik siswa. Hal itu bertujuan agar siswa saat keluar dari sekolah bisa lebih berharga dimasyarkat tanpa ada pandangan negatif. Maka dari itu guru harus mengajar dan mendidik siswa.
Dari  Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka  artinya Ing ngarsa sung tuladha (yang di depan memberi teladan/contoh) Ing madya mangun karsa (di tengah membangun prakarsa/semangat) Tut wuri handayani (dari belakang mendukung). Â
Kalimat tersebut bermakna bukan sebagai guru saja akan tetapi sebagai kepala sekolah atau pemimpin harus bisa merefleksikan diri terkait  pimikiran-pemikiran dalam bapak pendidikan yaitu Ki Hajar Dewantara.
Dalam pengambilan nilai-nilai yang harus tertanam dalam diri ita sebagai pemimpin adalah  tidak boleh meleptas terkait 9 prinsip pengambilan keputusan. Hal ini agar tidak salah dalam pengambilan keptusan atau bujukan moral. Maka dalam penerapan nya untuk pengambilan keputusannya harus diterapkan dengan kegiatan coaching agar dalam pengambilan data sampai memutuskan tidak kaku.
Kemampuan dalam keterampilan sosial dan emosional selayaknya tidak harus dikuasiai oleh guru saja akan tetapi kepala sekolah atau pemempin diharapkan memahami itu, karena dalam penerapan ilmu tersebut sangat berguna untuk mebantu menunjang dalam pengambilan-pengambilan keptusan agar leibh mudah dalam menghadapai permasalahan dilemat etika. Maka dengan adanya tersebut maka pemimpin bisa membentuk lingkungan sekolah yang positif, kondusif, aman dan nyaman.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H