Assolatuhoiruminannaum, assolatuhoiruminannaum
Itulah salah penggalan adzan subuh yang berarti "sholat itu lebih baik dari pada tidur, Sholat itu lebih baik dari pada tidur". Saat itulah anak berumur 11 tahun tepatnya kelas 4 SD disalah satu pinggiran kota mulai membuka mata untuk menyambut dunia yang penuh dengan ketersiksaan. Bagaimana tidak, karena anak tersebut hanya tinggal dengan seorang bapak saja yang bekerja sebagai pemulung sampah tanpa didampingi seorang ibu dikarenakan telah meninggal saat proses melahirkan yaitu Rangga. Itulah nama anak tersebut.
Saat Rangga bangun dari tempat tidur, Â anak itu langsung ambil wudhu untuk melaksanakan sholat subuh sebelum bapaknya memanggil-memanggil untuk melaksanakan sholat berjamaah di mushola sebelah rumahnya.
Pukul 06.15 itulah waktu Rangga berangkat sekolah bersama bapaknya yang ditemani gerobak pengangkut sampah sebagai alat tranportasi. Kadang saat Rangga merasa capek tanpa sungkan-sungkan naik digerobak tersebut. Dan sibapak tanpa keberatan sama sekali, yang penting Rangga tetap semangat untuk bersekolah karena itu impian bapak tersebut agar jangan seperti bapaknya yang tidak tamat SD.
Butuh waktu 45 menit untuk sampai disekolah karena disekolah Rangga masuk 07.00, lumayan lama perjalanannya karena berangkatnya jalan kaki. Tidak lupa bapak tersebut saat ditengah perjalanan selalu berhenti sebentar di warung kopi dan gorengan. Disitulah anak dan bapak membeli 2 buah gorengan dan 1 gelas teh hangat untuk dijadikan sarapan agar keduanya memiliki energi baru.
Itulah kehidupan Rangga tiap hari.
Malam Jum'at itulah malam yang mustajab khususnya bagi umat muslim. Bapak itu selalu bangun untuk sholat tahajud seraya berdoa agar kehidupan membaik dan meninggal dalam khusnul khotimah. Itulah doa-doa yang tak lepas dari mulut bapak saat sholat tahajud.
05.47 datanglah seorang tamu yaitu Pak Usman, beliu datang bertamu untuk menawarkan bongkahan rumah yang lumayan banyak, karena Pak Usman tahu bahwa bapaknya Rangga butuh itu karena akan diambil sisa-sisa batu bata untuk dijadikan rumahnya kelak. Semua warga sekitar bahkan tahu dan paham bahwa rumahnya Rangga hanya terbuat dari anyaman bambu itu pun beratapan sisa-sisa banner bekas partai politik saat pemilihan presidan dan anggora dewan.
Kedatagan Pak Usman disambut baik oleh bapaknya Rangga, dan akhir obrolan bapaknya Rangga mengiyakan pemberian Pak Usman tersebut.
06.27 Pak Usman berpamitan pulang, disitulah Rangga mulai cemas karena nanti sampai disekolah pasti terlambat.
Tak lama kemudian Rangga datang menghapiri bapak yang juga bersiap-siap akan berangkat kerja.