Mohon tunggu...
vandi romadhon
vandi romadhon Mohon Tunggu... Freelancer - Suka Berkabar Kepada Teman dan Saudara

Ayah yang baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pandemi, Tsunami Informasi, dan Fenomena Panic Buying

9 Juli 2021   07:18 Diperbarui: 9 Juli 2021   07:46 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dimasa Pandemi covid19 seperti saat ini, kesadaran seseorang akan pentingnya menjaga kesehatan menjadi semakin meningkat. Tidak jarang hal hal yang awalnya jarang terlihat dilakukan masyarakat, banyak kita jumpai, seolah menjadi trend baru yang menjadi gaya hidup. 

Mulai dari meningkatnya intensitas melakukan kegiatan olahraga, mengkonsumsi makanan sehat, hingga berbelanja multi vitamin untuk tambahan suplai dalam rangka meningkatkan imunitas tubuh. 

Hal itu dipastikan terjadi karena adanya efek kepanikan, yang diakibatkan penyebaran virus Corona yang dapat terjadi secara cepat. Setiap waktu bahkan tidak ada satupun hari yang terlewatkan dari pemberitaan tentang Pandemi. 

Mulai dari angka pertumbuhan kasus, strategi kebijakan pemerintah, dan informasi informasi yang melingkupi serta berkaitan dengannya. 

Jika kita perhatikan masyarakat saat ini cenderung latah dan mudah menelan informasi mentah mentah. Saat ini kita seolah terombang ambing ditengah tsunami informasi dan pemberitaan media. 

Saking mudah percayanya, belakangan kita mendengar beberapa fenomen panic buying terjadi. Dari sumber informasi yang belum jelas validitasnya ternyata reaksi masyarakat kita berlebihan menyikapi. 

Saat ini kedewasaan masyarakat kita sedang diuji. Mampu memilah dan memilih rujukan informasi untuk mengambil langkah reaksi menjadi penting. 

Kita tentu tidak ingin menjadi bagian dari yang tergilas informasi. Alih alih ingin segera keluar dari Pandemi malah justeru kita sedang menggali persoalan dan menjadi bulan bulanan kecepatan teknologi. 

Bagaimana tidak, hanya karena adanya cuitan tentang manfaat salah satu produk susu yang tidak melalui uji validitas kebenarannya. Bahkan hanya merupakan statment seseorang saja, dapat menggiring masyarakat untuk berbondong bondong membelinya. 

Akibatnya dalam hitungan hari terjadi kelangkaan di pasaran. Masyarakat tentu sudah jamak paham tentang teori ekonomi. Semakin banyak permintaan  maka akan terjadi kenaikan harga, lalu siapa yang diuntungkan?

Dilain tempat datang informasi manfaat kelapa hijau untuk menangkal penyebaran virus corona, berbondong bondong lah kita untuk berburu kelapa dan akibatnya saat ini kelangkaan tercipta. 

Pertanyaannya, sampai kapan kita akan terus dipermainkan informasi? 

Barangkali saat ini kita mesti lebih hati hati dan selektif terhadap sebaran informasi yang terus menggempur segala lini ditengah Pandemi. Membuka ruang akses informasi mesti kita jalani agar kita tak tertinggal dan menjadi korban situasi. 

Namun, check dan ricek informasi dan uji validasi menjadi langkah yang perlu diambil sebelum kita eksekusi. Meminta informasi kepada yang ahli membidangi menjadi kunci agar kita dapat melalui kerasnya kondisi saat ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun