Mohon tunggu...
Revli Ohp Mandagie
Revli Ohp Mandagie Mohon Tunggu... -

Lahir di Manado pada tanggal 6 Maret 1960. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA Kristen Eben Haezar Manado, Mei 1979, Revli merantau ke Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Cap Go Meh sebagai Agenda Pariwisata

8 Februari 2016   17:52 Diperbarui: 9 Februari 2016   12:16 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Masih dalam rangka perayaan Tahun Baru Imlek 2567, sebagaimana kita ketahui bahwa puncak perayaan Imlek adalah CAP GO MEH yang dikenal dengan hari terakhir atau kelima belas hari setelah Imlek yang pada malam hari bersinarnya bulan purnama, itu menandakan berakhirnya Imlek.

Acara ini ditandai dengan pertunjukkan-pertunjukan, seperti kekebalan tubuh, tebar beras, ada makan siang cap go meh. Menikmati dengan pertunjukan tersebut karena perayaan hanya terjadi satu tahun sekali. Orang China beranggapan dengan menebarkan beras, mendapatkan rezeki yang banyak dan bisa dibagi-bagikan kepada orang lain. Cap Go Meh tanpa adanya barongsai rasanya tidaklah komplit. Tarian barongsai atau tarian singa biasanya disebut “Nong Shi”. Pada awalnya tarian barongsai ini tidak pernah dikaitkan dengan ritual keagamaan manapun juga. Tetapi akhirnya orang percaya bahwa barongsai dapat mengusir roh-roh jahat. Sedangkan nama “barongsai” adalah gabungan dari kata Barong dalam bahasa Jawa dan Sai yang berarti Singa dalam bahasa dialek Hokkian. Singa menurut orang Tionghoa ini melambangkan kebahagiaan dan kegembiraan.

Sebagaimana kita saksikan sekarang, pertunjukkan barongsai menjadi "kewajiban" disetiap perayaan Tahun Baru Imlek, tidak ketinggalan disetiap Mall, Hotel berbintang banyak dijumpai barongsai sejak malam menjelang Imlek sampai pada hari pertama sepanjang hari, termasuk siaran televisi yang terus mengudara.

Agenda Pariwisata

Memperhatikan berbagai keunikan tampilan khas dengan nuansa Tiongkok ini, maka sudah saatnya perayaan Imlek yang puncaknya pada hari ke lima belas yang dikenal dengan CAP GO MEH, dapat dijadikan agenda wisata masing-masing Pemerintah Daerah. Sebagai contoh, pawai CAP GO MEH di Kota Manado, yang selama ini sangat dikenal dikawaaan Asia, bahkan jauh sebelum Imlek ditetapkan sebagai hari libur Nasional. Dimasa tahun tujuhpuluhan di Kota Manado, sekalipun hari raya Imlek bukan sebagai hari libur nasional, tetapi suasana perayaan dikalangan keluarga-keluarga keturunan Tionghoa tetap tampak, terutama pada saat pawai Cap Go Meh yang selalu keluar dari Klenteng berkeliling seputaran China Town, Kota Manado, bahkan menjadi ajang pariwisata yang terus dikenal sampai sekarang. Pawai ini sangat dikenal dengan Ence Pia, yang merupakan tradisi religius Umat Tri Dharma di Manado bernama Goan Siau, kerap disebut warga dengan nama ‘Ence Pie’. Padahal istilah ini tidaklah tepat. Terutama jika yang dimaksud dengan istilah ‘Ence Pie’ adalah Toa Pe Kong atau Tang Sin (Hamba Allah). Nama ’Ence Pie’ adalah orang pertama di Manado yang dimasuki Tang Sin. Nama orang pertama itu adalah Oei Pie (almarhum), dan kemudian sering dipanggil Ce Pie atau Om Pie.

Seiring perkembangan dari mulut ke mulut, disebutlah nama ‘Ince Pie’ atau ‘Ence Pia’ yang artinya Om Pie atau Bapak Pie. Nama Oei Pie (almarhum) adalah cikal bakal sebutan Ince Pia. Padahal, istilah sebenarnya adalah Tang Sin atau Hamba Allah. Warga yang sering memakai istilah Ence Pia, diharapkan untuk tidak menggunakan istilah ini lagi, karena Oei Pie atau Ce Pie sudah wafat hampir 180-an tahun yang lalu. Sejarah Tang Sin atau Toa Pe Kong atau Hamba Allah di Ban Hing Kiong (BHK) Manado sendiri, ternyata tidak lepas dari berdirinya persaudaraan Hap Tan atau persaudaraan anak-anak Altar Tuhan yang menyatu. Kurang lebih 189 tahun persaudaraan ini dibentuk, begitu pula lamanya Tang Sin atau Hamba Allah yang ada di BHK Manado. Bagaimana dengan sejarah keluarnya Tang Sin sendiri? Data telah hangus terbakar pada 14 Maret 1970 silam, sehingga informasi akurat mengenai berapa kali Tang Sin keluar klenteng dalam ritual Goan Siau, sulit didapat lagi. Setidaknya, ritual Goan Siau kurang lebih seratus lima puluh kali keluar klenteng, dan kurang lebih 38 kali tidak keluar klenteng untuk melakukan prosesi Goan Siau, perhitungannya dengan asumsi dalam lima tahun, hanya sekali saja prosesi Goan Siau tidak keluar klenteng.

Syarat menjadi Tang Sin adalah seorang Umat Tri Dharma yang setia dan mau mengabdi, serta bersedia mengikat perjanjian dalam melaksanakan tugas mulia ini dengan Allah. Karena untuk menjadi Tang Sin setidaknya harus mengikuti dan mematuhi ajaran Firman Allah yang dipercayai umat Tri Dharma. Disebutkannya, Tang Sin di BHK Manado sudah men-capai keturunan kelima pada marga Oei. Tang Sin pertama adalah Oei Pie, disusul Tang Sin kedua Oei Kiem Soen (almarhum). Lamanya tugas mulia kedua orang ini tidak diketahui lagi. Kemudian Tang Sin ketiga adalah Oei Beng Djien (almarhum), lamanya mengemban tugas suci ini hampir 55 tahun dari tahun 1916-1971. Selanjutnya Tang Sin dengan nama lahiriah Sam Sondakh (almarhum) yang masih dalam ikatan marga Oei. Lamanya mengemban tugas 26 tahun, dari 1971-1997 dan langsung diganti oleh anaknya sebagai Tang Sin kelima dengan nama lahiriah Andry Sondakh mengemban tugas suci sebagai Hamba Allah, guna menghalau segala hal yang buruk dari iblis dan menanggung penderitaan umat manusia dan menyucikan kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya.

Sekalipun acara ini lebih pada kontent religius agama Kong Ho Cu, namun memiliki nilai tambah yang dapat dijadikan agenda pariwisata masing-masing daerah. Masih ada sisa waktu sekitar empat belas hari untuk menyusun dan mempersiapkan rangkaian puncak acara Tahun Baru Imlek 2567 dengan pagelaran Budaya Cap Go Meh sebagai ajang pariwisata dan akan lebih menarik jika melakukan kolaborasi dengan Budaya Lokal setempat. Tentunya promosi kegiatan ini sangat diperlukan, dan keterlibatan masing-masing Pemerintah Daerah sangat diperlukan, sekalipun peranan media sosial otomatis menjadi andalan diera digital sekarang ini. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun