Mohon tunggu...
Rolyta Alhanifa
Rolyta Alhanifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Raden Intan Lampung

Celoteh bersajak; Aku tidak pandai untuk berkata-kata. namun, Menulis adalah caraku dalam menggoreskan rasa bersama diksi dalam bait-bait kehidupan pada selembar daluang aksara yang menjadikan lencana karya yang abadi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pada Sepuluh Jari yang Dititi

7 Mei 2023   18:57 Diperbarui: 7 Mei 2023   19:04 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tuhan, aku pulang bersama pekat yang lekat pada rembulan 

Untuk kembali mengiba pada-Mu bersama tumpahan keheningan
Pada sepuluh jari yang sedang dianyam
Aku mencoba membungkus sebuah doa dibawah langit malam

Pada sepuluh jari, aku bercerita dalam suara kesunyian
Merebah lelah dipuncak diri yang jengah dengan kehidupan
Membelah kesunyian demi meniti sepuluh jari ditangan
Mengharap Tuhan 'kan turun tangan pada hati yang lebur tak beraturan
 
Suara-suara kini lenyap ditelan kelam
Kulipat malam pelan-pelan dengan segala lelah yang ku genggam
Kuikhlaskan satu persatu kekecewaan 

kepada ributnya angin yang akhirnya redam 

Disela-sela mata yang terpejam kuhaturkan harap terpendam

Bintuhan, 30 Maret 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun