Mohon tunggu...
Rolita AnandaPutri
Rolita AnandaPutri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa S1 Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Bergabung dengan platform kompasiana untuk menyalurkan ide-ide dalam bentuk tulisan agar bermanfaat untuk para pembaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masihkah Kita Hidup di Era Patriarki? Sebuah Refleksi dan Tantangan Menuju Masa Depan yang Setara

10 Mei 2024   12:22 Diperbarui: 10 Mei 2024   12:26 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era modern ini, isu kesetaraan gender masih menjadi perbincangan hangat. Banyak yang mempertanyakan apakah kita masih hidup di era patriarki, sistem yang menempatkan laki-laki pada posisi superior dan perempuan pada posisi subordinat.

Pertanyaan ini kompleks dan tidak mudah dijawab. Di satu sisi, kita telah melihat kemajuan signifikan dalam hal kesetaraan gender. Perempuan memiliki akses yang lebih luas ke pendidikan, kesehatan, dan peluang ekonomi. Mereka juga semakin banyak terlibat dalam politik dan kepemimpinan.

Namun, di sisi lain, masih banyak diskriminasi dan ketidakadilan yang dihadapi perempuan. Stereotip gender masih kuat, dan perempuan sering kali dibayar lebih rendah daripada laki-laki untuk pekerjaan yang sama. Kekerasan terhadap perempuan juga masih menjadi masalah global yang serius.

**Tanda-tanda Patriarki Masih Ada**

Beberapa tanda bahwa patriarki masih ada di sekitar kita:

  • Kesenjangan gender dalam gaji dan pendapatan:Perempuan di seluruh dunia masih dibayar lebih rendah daripada laki-laki untuk pekerjaan yang sama. Di Indonesia, berdasarkan data BPS tahun 2023, rata-rata gaji laki-laki sebesar Rp 5,6 juta, sedangkan perempuan hanya Rp 4,4 juta.
  • Kekerasan terhadap perempuan: Kekerasan terhadap perempuan masih menjadi masalah global yang serius. Di Indonesia, berdasarkan data Komnas Perempuan tahun 2023, terdapat 33.242 kasus kekerasan terhadap perempuan.
  • Kurangnya representasi perempuan dalam kepemimpinan: Perempuan masih kurang terwakili dalam posisi kepemimpinan di berbagai sektor, seperti politik, bisnis, dan akademisi. Di Indonesia, berdasarkan data KPU tahun 2024, hanya 31% anggota DPR yang perempuan.
  • Stereotip gender yang membatasi: Stereotip gender yang menempatkan laki-laki sebagai kepala keluarga dan perempuan sebagai pengasuh rumah tangga masih kuat di banyak masyarakat.

**Tantangan Menuju Masa Depan Setara**

Untuk mencapai masa depan yang setara gender, kita perlu mengatasi berbagai tantangan:

  • Mendidik diri sendiri dan orang lain tentang kesetaraan gender.
  • Menentang diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan.
  • Mendukung perempuan yang ingin mengejar mimpi mereka.
  • Memilih pemimpin yang berkomitmen untuk kesetaraan gender.
  • Mendorong perubahan budaya dan norma sosial yang diskriminatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun