Mohon tunggu...
Rolin Taneo
Rolin Taneo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemulung Ilmu

Tertarik pada bidang ilmu filsafat, sosiologi dan teologi (Kristen)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Selebrasi Mencoret Seragam Pasca Lulus SMA: Apa Maknanya?

8 Mei 2024   08:45 Diperbarui: 8 Mei 2024   08:47 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kota Kupang setiap kali pengumuman kelulusan di jenjang pendidikan SMA/SMK/MA sederajat selalu ditandai dengan aksi mencoret pakaian seragam. Aksi ini juga terpantau pada 06 Mei 2024.

Titik lokasi utama di wilayah Kota Kupang akan menjadi macet karena para pelajar kelas XII yang baru lulus dari sekolah-sekolah yang ada di Kota Kupang dan sekitarannya akan berkumpul di titik tersebut. 

Akibatnya, kemacetan panjang terjadi. Aktivitas masyarakat menjadi terganggu. Tampaknya mencoret pakaian seragam dan konvoi di jalan sudah merupakan kebiasaan tahunan ketika mendengar kelulusan. 

Generasi muda terjebak dalam euforia atau selebrasi tanpa makna. Ada yang berujar jikalau lulus SMA berarti proses sudah selesai. Padahal, belajar itu tidak pernah usai. Belajar adalah proses seumur hidup. 

Pendidikan adalah jalan memanusiakan manusia. Manusia yang bersekolah harusnya mampu memilah baik dan tidak baik sesuatu hal sebelum dilakukan. Hal ini belum direalisasikan. 

Bukan anak muda namanya jika tidak mengikuti perkembangan. Termasuk di dalamnya kebiasaan mayoritas anak muda untuk ada dalam selebrasi tanpa makna. Stereotip kuno akan diberi jika tidak ada penyesuaian aksi. 

Alhasil, ada krisis keotentikan diri. Diri seseorang hanya akan punya khas apabila mengikuti arus. Padahal, ikut arus adalah cerminan bahwa seseorang merasa cemas jika nanti dikucilkan. 

Psikologi anak muda memang harus terus dibangun dan diberi kesadaran bahwa tidak selamanya ikut arus itu baik. Ikut arus kadang hanya menjerumuskan orang dalam selebrasi berlebih yang sebenarnya tidak punya makna. 

Pakaian seragam itu memang akan usang jika tidak dipakai. Tetapi, perlu juga diketahui bahwa masih banyak daerah di NTT yang mayoritas siswanya masih susah mendapatkan seragam karena banyak faktor, ekonomi misalnya. 

Jika saja aksi mencoret baju diganti dengan aksi memberi pakaian seragam layak pakai bagi anak-anak di desa maka solidaritas itu benar terwujud. Yang utama juga, jalan memanusiakan manusia punya nilai. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun