Mohon tunggu...
Rolin Taneo
Rolin Taneo Mohon Tunggu... Lainnya - Pemulung Ilmu

Tertarik pada bidang ilmu filsafat, sosiologi dan teologi (Kristen)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menafsir Puisi Joko Pinurbo tentang Doa Secara Kristiani

30 April 2024   23:09 Diperbarui: 30 April 2024   23:23 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock


Puisi mendiang Joko Pinurbo berjudul "Doa Orang Sibuk yang 24 Jam Sehari Berkantor di Ponselnya" belakangan viral di TikTok, reels instagram dan Facebook pasca ia meninggal.

Isi puisinya seperti ini : "Tuhan, ponsel saya, rusak dibanting gempa. Nomor kontak saya hilang semua. Satu-satunya yang tersisa ialah nomorMu. Tuhan berkata: Dan itulah satu-satunya nomornya yang tak pernah kau sapa".

Menarik untuk kemudian mengulas isi puisi Jokpin di atas. Secara sederhana, gubahan puisi Doa tersebut bisa ditafsir sebagai kritik Jokpin atas pemanfaatan teknologi komunikasi yang manusia gunakan.

Handphone, misalnya telah menyita banyak waktu manusia untuk berjumpa dengan Tuhan di dalam doa. Manusia sibuk berselancar di media sosial. Jemarinya tak putus-putusnya bergerak di layar handphone.

Manusia seperti tidak butuh lagi Tuhan. Kalau Tuhan saja sudah tak lagi ia butuhkan, jangan lagi mengharapkan ia akan berdoa. Manusia kini tengah mendapatkan julukan baru. Manusia adalah Homo Digitalis.

Istilah Homo Digitalis menurut Hardiman merujuk pada keseluruhan eksistensi manusia ada pada mode klik. Artinya, hanya dengan berselancar di media sosial, manusia dipastikan masih tetap ada atau eksis.

Homo Religius terancam di tengah gempuran teknologi. Manusia kini senang dengan dunianya sendiri. Kita lupa pada Tuhan. Kita seperti tidak tahu bagaimana caranya untuk berelasi dengan Dia.

Manusia baru akan sadar bahwa relasinya dengan Tuhan menjadi terganggu apabila ada masalah. Bahasa yang Jokpin pakai ialah ponsel rusak dibanting gempa. Itu artinya bahwa setelah dihantam masalah, barulah manusia sadar.

Manusia bingung menyikapinya. Manusia lantas mengadu pada Tuhan. Tuhan kemudian membisikkan bahwa ingat berdoa. Berdoa adalah cara dan jalan untuk kita dapat sampai padaNya.

Doa adalah latihan iman, begitulah yang John Calvin kemukakan. Jika iman itu adalah menaruh kepercayaan yang sungguh pada Tuhan maka berdoa adalah upaya membuktikan manusia benar-benar percaya padaNya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun