Mohon tunggu...
Rolan Sihombing
Rolan Sihombing Mohon Tunggu... profesional -

Kita tidak perlu otak jenius untuk memulai perubahan. Kita hanya perlu hati tulus yang tergerak mengulurkan tangan kepada penderitaan anak-anak bangsa yang tidak seberuntung kita. -www.rolansihombing.wordpress.com-

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Belajar Memicu Perubahan Ala Cherry Belle

7 April 2012   13:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:55 2100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah lama saya tidak membuat pengakuan. Hari ini saya terpaksa membuat pengakuan. Saya seorang Twiboy. Bahkan di playlist saya, lagu-lagu Chibi bertengger manis di sana. Dan ada perasaan guilty pleasure saat mendengar lagu dan menonton aksi panggung mereka. Tapi itulah kenyataannya. I like them! Tapi tulisan ini tentu bukan untuk membahas Cherry Belle dan segala seluk-beluk girl band yang digawangi oleh Christy, Anissa, Devi, Gigi, Cherly, Gigi, Felly, Ryn, dan Wenda  ini. Tulisan ini bermaksud menyerap pelajaran mengenai "membuat perubahan" dari kemunculan Cherry Belle di tengah persaingan industri musik yang cukup sengit di Indonesia ini. Cherry Belle adalah kombinasi unik dari bakat personel-personelnya, kejeniusan manajemennya dalam mengemas Cherry Belle menjadi brand yang "menjual", simplicity (meminjam istilah juri Indonesian Idol, Agnes Monica) dalam musik dan koreografi, lirik-lirik yang penuh makna pengajaran, dan hausnya kebutuhan ceruk pasar berusia SD-SMP akan idola baru. Itu semua adalah faktor-faktor yang dibutuhkan untuk sebuah gerakan menjadi wabah dan kemudian menciptakan perubahan. Seth Godin dalam bukunya "Tribes: Andalah Pemimpin Yang Kami Cari" menyatakan soal kepemimpinan selama ini terlalu ditempatkan secara eksklusif dan terkesan sulit dilakukan, dan hanya orang-orang tertentu saja yang pantas menyandang gelar pemimpin. Padahal di dalam konteks berjejaring, setiap orang adalah pemimpin. Meski kemudian ketika ada seseorang yang keluar dari kerumunan, dan membuat kerumunan itu mengikutinya dan menjadikannya pemimpin, tidak serta merta membuat para pengikut itu kehilangan kepemimpinan mereka. Dibutuhkan sebuah gagasan dan komunikasi yang efektif dalam menyampaikan gagasan itu kepada kerumunan, yang kemudian membuat orang dengan gagasan dan komunikasi itu menjadi pemimpin. Demikian argumen yang dibangun oleh Seth Godin dalam bukunya itu. Meski kesuksesan Cherry Belle menyeruak ke atas permukaan menjadi merk dagang yang paling laku saat ini banyak dicibir oleh para pembencinya sebagai sebuah bentuk plagiat, tetapi suka atau tidak mereka saat ini sedang dalam masa keemasan karir mereka. Bahkan mereka memiliki pamor dan reputasi yang lebih mentereng ketimbang 7 Icon yang merupakan pendahulu mereka dalam fenomena girl band di Indonesia. Apa rahasia mereka? Saya akan mulai dengan latar belakang budaya yang ada di balik kemunculan Cherry Belle. Ada satu segmen dalam masyarakat yang belum berhasil disentuh dengan baik oleh industri musik Indonesia, yaitu segmen anak-anak SD-SMP. Dan kelompok ini membutuhkan idola untuk mereka kagumi dan ikuti. Dan terbukti kemudian, penggemar terbanyak Cherry Belle adalah kelompok usia ini dan ini membuat saya menjadi salah satu (mungkin) Twiboy tertua. Yeaaayyy!!! Kemampuan seorang pemimpin dalam memetakan kelompok pendukung potensialnya adalah salah satu kunci utama dalam memicu sebuah gerakan perubahan. Rahasia kedua dari mencuatnya Cherry Belle saat ini adalah kecerdasan mereka dalam mengemas ide atau gagasan yang ingin mereka sampaikan. Ini nampaknya tidak terlepas dari kejeniusan manajemen Cherry Belle, yang dalam hemat saya pasti jago dalam ilmu manajemen. Kualitas suara sembilan personal Cherry Belle sebenarnya biasa-biasa, kecuali beberapa orang yang sedikit di atas rata-rata seperti Sherly, Christy, Anissa, Devi dan Gigi. Kalau dibandingkan dengan Regina Idol yang Jumat kemarin membawakan lagu Someone Like You-nya Adelle dan kemudian menjadi  trend topic worldwide nomer 3 di Twitter, tentu suara-suara personel Chibi akan terdengar biasa saja. Tetapi bukankah itu inti kepemimpinan. Biasa-biasa saja. Bung Karno, Pak Harto, bahkan SBY jika dilihat sejarah hidup mereka, adalah sosok yang biasa-biasa saja. Di era Bung Karno, masih banyak tokoh-tokoh pemuda yang jauh lebih brilian ketimbang dirinya. Jika dibandingkan antara kecerdasan Pak Harto dan Pak Habibie, rasa-rasanya jelas unggul Pak Habibie. Perwira-perwira Angkatan Darat yang lebih jempolan dari SBY pun pasti rasanya banyak, tetapi mereka semua ini mencuat jadi pemimpin. Yang membuat mereka yang biasa-biasa saja ini jadi pemimpin adalah kehebatan mereka mengemas sebuah gagasan dan mengkomunikasikan gagasan itu. Apa sih gagasan yang ingin disampaikan oleh Cherry Belle? Saya kebetulan beberapa kali mempelajari artikel-artikel terkait pembentukan Chibi, dan pihak manajemen menyatakan mereka sengaja memilih gadis-gadis bertinggi badan yang "kebanyakan." Kita tahu rata-rata tinggi badan wanita Indonesia berkisar antara 155-165. Yang lebih tinggi dari itu, pasti seorang model. Meski wajah mereka good looking, tapi rasanya banyak gadis-gadis yang lebih cantik dari mereka. Saya pernah bertanya kepada seorang teman bule tentang alasannya menikahi istrinya yang orang Indonesia, yang menurut saya "jelek", dan teman saya menjawab: "Gadis Indonesia itu umumnya enak dilihat. Dan saya sengaja mencari yang "enak dilihat" tanpa polesan make-up yang lebay." Dalam hal ini manajemen Cherry Belle ingin menyampaikan gagasan, sekaligus harapan, bahwa semua penggemarnya bisa menjadi seperti mereka. Ini terbukti dengan salah satu lagunya yang mengatakan, "Don't cry, don't be shy. Kamu cantik apa adanya. Sadari, syukuri, dirimu sempurna." Berapa banyak kasus bullying yang terjadi karena didorong faktor fisik? Banyak sekali, namun Cherry Belle mengkhotbahkan sebuah pesan "Setiap orang istimewa." Bravo!!! Yang ketiga dan yang terakhir, simple packaging. Keponakan saya yang berusia nyaris 4 tahun bisa dengan mudah mengikuti gerakan tari personel Cherry Belle. Jika keponakan saya bisa mengikuti gerakan tari akrobatik ala Agnes Monica, maka saya akan membentur-benturkan kepala saya ke dinding karena saya khawatir sedang bermimpi buruk. Meski koreografi mereka sederhana, tapi saya yakin mereka berlatih dengan keras mengasah terus kemampuan menari dan menyanyi mereka. Terlihat dari otot-otot paha dan betis para personelnya :p. Sesuatu yang simple tidak selamanya karena ketidaksiapan atau ketidakmampuan. Justru dibalik sesuatu yang simple, terdapat kerumitan-kerumitan di belakangnya, namun kerumitan tersebut tidak terungkap di permukaan. Dosen saya pernah mengatakan: "Manusia itu mahir membuat sesuatu yang mudah jadi sulit, sedangkan Tuhan mahir membuat sesuatu yang sulit jadi mudah." Sebuah gerakan yang memicu perubahan terdiri dari gagasan yang simple di belakangnya. Marthin Luther King Jr memimpin sebuah perubahan karena ingin membela seorang ibu tua kulit hitam yang mengalami diskriminasi karena rasnya. Sir William Wilberforce menjadi pembebas perbudakan di Inggris dikarenakan kesedihannya mendengar cerita dari temannya tentang perilaku tidak manusiawi dari awak kapal yang menculik orang-orang Afrika dari tanah kelahirannya untuk dijual menjadi properti orang kulit putih. Jadi setiap kita adalah pemimpin. Gagasan akan perubahan yang kita miliki ketika terkomunikasikan dengan baik kepada orang-orang di sekitar, suatu hari nanti akan menjadi sebuah gelombang besar perubahan. Anda bisa! Selamat memimpin, sementara saya kembali dengan guilty pleasure saya memandangi paras manis Devi Chibi.

Manis kan gan? :p

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun