In moment like this, I sing out the song..
I sing out the love song to Jesus..
In moment like this, I lift up my hand,
I lift up my hand to the Lord
Singing I love You, Lord
Singing I love You, Lord
Singing I love You, Lord,
I love You…
Tidak pernah mudah mengucap syukur dalam momen seperti ini: Jika adik Anda meninggal dan menitipkan anak-anaknya kepada Anda; jika Anda terlilit hutang yang cukup besar; jika orang-orang yang Anda kasihi sakit keras, dan Anda berada jauh dari mereka dan tidak bisa mengunjungi karena harga tiket pesawat yang mahal; jika sahabat atau orang dekat yang Anda harapkan dapat merangkul dan memberi kekuatan kepada Anda ketika permasalahan beruntun menerpa justru tidak hadir dan tidak ada; masih bisakah mengucapkan syukur atas semua kejadian tersebut? Mungkin penulis dapat berasumsi, tidak ada satu pun dari para pembaca yang sanggup. Bahkan penulis pun tidak sanggup mengucap syukur jika didera permasalahan seperti di atas secara beruntun.
Mengucap syukur sangat mudah dilakukan ketika semuanya baik-baik saja dalam hidup kita. Ketika angin bertiup ke arah yang kita kehendaki; ketika gelombang tenang persis seperti yang kita harapkan; ketika semua yang ada di sekitar kita ada dalam kondisi seperti yang kita inginkan. Tidak ada manusia yang menghendaki masalah, kesulitan, kesukaran, tantangan. Tetapi acapkali masalah terjadi justru di saat kita mengharapkan yang baik dan aman terjadi dalam hidup kita.
Di saat Anda harus jauh dari keluarga karena tuntutan studi, lalu tiba-tiba Anda mendapat informasi jika adik yang Anda sayangi kedapatan menggunakan narkotika, penulis meyakini studi Anda segera tak berfokus seperti sedia kala. Di saat Anda harus jadi tulang punggung keluarga, tetapi justru Anda tak mampu menyediakan makanan, pakaian, perlindungan kepada mereka yang Anda kasihi, penulis yakin Anda pasti merasa bersalah terhadap mereka yang Anda kasihi.