"Kondisi Jakarta sekarang saja sangat sulit Pak. Apalagi di Maumere."
Sembari tersenyum, dosen Bahasa Ibrani favoritku itu lalu berkata, "Kesulitan melahirkan orang besar, Piet. Justru Maumere akan jadi awal episode petualangan imanmu."
Waktu itu, aku merasa mendapat pompaan semangat. Aku pun membulatkan tekadku untuk mengabdi pada domba-domba Kristus di Maumere.
Aku tiba di Maumere setelah menempuh perjalanan lebih dari sebulan. Kala itu, hampir seluruh pulau Flores dilanda musim kemarau yang panjang. Sawah-sawah banyak yang mengalami gagal panen. Di beberapa kantor desa dan juga gereja, banyak orang mengantri berjam-jam untuk mendapatkan sedikit beras dan bahan makanan lainnya. Walau hanya beberapa kali, aku juga pernah beberapa kali ikut dalam antrian. Dan biasanya akan ada jemaat yang memarahiku dan melarangku mengantri beras.
"Pak Pendeta pulang saja. Nanti saya yang akan antar beras Pak Pendeta," demikian ucapan dari beberapa jemaat yang kerap memarahiku jika mereka mendapati aku ikut mengantri.
Suatu hari, tak ada lagi antrian baik di kantor desa maupun di kantor gereja. Maumere yang masih jarang penduduknya, semakin terlihat kosong melompong di siang hari. Pasar pun tutup lebih cepat. Begitu juga kantor-kantor pemerintahan dan bank. Hari lepas hari pria-pria tegap berseragam semakin banyak berdatangan di Maumere. Beberapa pemimpin mereka memegang selembar atau dua lembar kertas putih yang berisi nomer urut dan sederetan nama.
Tiga hari yang lalu di suatu pagi, kertas itu ada dalam genggaman tanganku yang gemetar. Seorang pria berbadan gempal, yang adalah salah satu dari pemimpin pria-pria tegap bersenjata, mendatangi gereja tempat aku berkarya menggembalakan umatku.
"Pak Pendeta Piet, tolong lingkari nama-nama orang yang bukan jemaat gereja ini?"
"Ini untuk keperluan apa, Pak?"
"Bapak lingkari saja. Nanti akan ada imbalan yang cukup besar untuk Bapak." Lalu sambil menyerahkan sebuah surat bercap, pemimpin pasukan itu berkata, "Kami akan mengatur kepulangan Bapak ke Jakarta untuk kemudian dilanjutkan dengan kepergian Bapak ke Belanda."
"Belanda? Dalam rangka apa?"