Mohon tunggu...
Humaniora Artikel Utama

Mencari "Aku" di Era Media Sosial

14 Juni 2015   09:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:04 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini merupakan tulisan pertama saya di dunia kompasiana. 

Tidak berharap banyak dari tulisan pertama ini, hanya ingin berbagi saja apa yang sudah lama dipikir dan direnungkan.

Dari judul juga sudah bisa ditebak kalau tulisan ini akan mengkritik satu dua hal (bahkan lebih) terkait dengan penggunaan media sosial. Ya itu benar, dan itu tidak terlepas dari pengalaman penulis sendiri, yang sampai hari ini masih ketergantungan terhadap keberadaan media sosial dalam genggaman.

"Aku"Yang dimaksud aku di sini adalah eksistensi manusia sebagai pribadi yang utuh, bukan hanya sebagai sepucuk komentar yang numpang lewat di status-status teman atau followers.

Masih mending kalau komentar tersebut benar-benar di atas namakan dirinya, yang berarti dia mengemukakan pendapat dan berani mempertanggung jawabkannya. Yang banyak terjadi saat ini adalah orang-orang mengemukakan komentar secara anonim. Lihat saja berbagai media sosial seperti "Ask.fm" atau "Secret" (yang terakhir baru-baru ini sudah ditutup oleh pemiliknya), yang memfasilitasi penggunanya untuk mengemukakan pendapat secara anonim.

Ke-"anonim"-an ini lah yang menghilangkan eksistensi manusia secara utuh di media sosial. Jangan kira media sosial yang tidak menyediakan fasilitas "meng-anonim-kan" diri seperti facebook dan twitter tidak berperan dalam melenyapkan eksistensi manusia, karena akun-akun palsu pun dapat dijadikan sarana untuk menghilangkan jati diri dan mengemukakan pendapat sesuka hati tanpa ketahuan.

Manusia diciptakan dengan segala ke-"Aku"-annya yang unik. Setiap orang berbeda sampai ke struktur kode genetik. Jika kita mempelajari tentang genetika jauh lebih dalam, maka mata kita akan terbuka bahwa sebegitu rumitnya susunan basa nukleotida tersebut untuk sampai membentuk diri kita seutuhnya. Lalu, setelah mengetahui bahwa diri kita ini disusun oleh sebuah sistem yang sangat sophisticated dan unik, masihkah kita mau meng-anonim-kan diri?

Demokrasi Yang Tidak Bertanggung Jawab

Sebenarnya semua ini dimulai dari kebebasan berpendapat yang "terlalu bebas" sehingga sudah tidak jelas lagi batasan-batasan yang harus tetap ditaati. Masyarakat diperkenankan untuk mengemukakan pendapatnya seleluasa mungkin tanpa harus mempertanggung jawabkannya. Inilah sebuah proses yang menurut saya disebut "massifikasi pendapat", di mana pendapat seseorang tidak lagi atas nama dirinya, namun atas nama massa atau sekelompok orang di mana dia bermukim. 

Media sosial bertanggung jawab atas hal itu. Sekelompok orang dengan satu persamaan berbondong-bondong membuat sebuah group facebook, lalu mem-posting tulisan-tulisan yang dibuat oleh seorang individu tapi lagi-lagi diatasnamakan kelompok. Seperti itulah kurang lebih tindakan-tindakan pengecut yang dilakukan oleh manusia yang merasa eksistensinya lemah dan tidak dianggap. Bukannya berusaha untuk menguatkan eksistensi nya, namun mereka malah tambah bersembunyi dalam kelompok-kelompok, berharap kelemahan-kelemahan itu bergabung menjadi kekuatan. 

Alangkah sedihnya Sang Pencipta yang sudah menciptakan umatnya ini dengan segala berkah dan karunia yang spesifik untuk masing-masing individu. Makhluk ciptaannya yang sebenarnya bisa stand out menjadi seorang pribadi yang utuh, yang bisa memberikan sumbangsih berupa pemikiran ataupun perbuatan bagi masyarakat, malah terbawa arus massifikasi, melebur satu menjadi suatu massa. Tidak terlihat lagi batang hidungnya.

Lantas, Apakah Media Sosial Harus Dibubarkan?

Tentu saja hal tersebut bukanlah solusi. Membubarkan media sosial sama saja mengurangi satu jalur mengemukakan pendapat. Inti dari tulisan ini bukanlah melarang orang untuk berpendapat, namun menganjurkan orang untuk tidak berpendapat secara anonim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun