Kalau tidak bisa menjangkau al-Jumu'ah dan al-Munafiqun seperti riwayat Sahabat Abu Hurairah, ya pake Sabbihis dan al-Ghasiyah seperti cerita Sohabat Nu'man ibn Basyir dan Samuroh ibn Jundub
Rumusnya juga di rokaat awal itu surat yang dibaca lebih panjang dari yang di rokaat kedua, yutowwilu fir rok'atil ula ma la yutowwilu fir rok'atis tsaniyah
Kalau idza ja-a kemudian sabbihis, yo menyelisihi banyak hal dari yang tersebut di atas. Termasuk yang ini:
Penempatan urutan surat-surat di mushaf itu penting diperhatikan untuk urutan membaca. Di dalam dan di luar sholat. Kalau rokaat pertama baca al-Falaq, rokaat kedua ya baca an-Nas. Kalau rokaat pertama an-Nas, rokaat kedua ya baca al-Baqoroh. Begitu
Kalau membacanya tidak urutan seperti urutan mushaf, bilang saja nyontoh sayyidina Umar yang rokaat pertama baca Kahfi dan rokaat kedua baca Yusuf, tidak memilih ikut Ibn Mas'ud dan mayoritas sahabat yang lebih senang membaca sebagaimana urutan di mushaf
Ibn Mas'ud saat diminta komentarnya tentang orang yang membaca terbalik dari urutan mushaf, dia berkata "dzalika mankusul qolbi, arek iku kuwalik atine"
Eman kedua, .... tapi khotib tadi, saya kira, belum (baca: tidak) tahu tentang pilihan Umar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H