Siswa kritis dan kreatif, mungkin merupakan harapan setiap guru pada masing-masing siswanya. Namun untuk mewujudkan itu semua, memerlukan suatu proses yang haruslah matang terutama dalam pembelajaran. Guru dalam hal ini dituntut untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang memacu kedua aspek diatas.
Pembelajaran kritis pada dasarnya merupakan proses dimana manusia berpartisipasi secara kritis dalam aksi perubahan, dalam hal ini berarti siswa. Pembelajaran kritis mensyaratkan prinsip pembelajaran yang bertujuan untuk memanusiakan manusia, dimana pendidik membantu siswa untuk mengenal dan mengungkap kehidupan yang senyatanya secara kritis. Pembelajaran kritis sangatlah berperan untuk mengantarkan siswa mencapai kesadaran kritis, terutama dalam mengahadapi suatu permasalahan. Dalam proses pembelajaran sebaiknya guru menggunakan pendekatan andragogi, sebab pendekatan ini melibatkan kesatuan antara aksi dan refleksi, serta memandang siswa sebagai subjek.
Untuk pembelajaran kreatif, berarti guru haruslah memandang siswanya sebagai manusia yang mempunyai sikap kreatif. Proses pembelajaran yang berlangsung setidaknya memberikan stimulus pada siswa, sehingga terjadi proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam hal ini biarkanlah siswa untukbebas mengembangkan imajinasi serta kekreatifannya, sesuai dengan stimulus yang diberikan oleh guru. Dikarenakan ketika siswa mengembangkan keterampilan kreatif, maka siswa juga dapat menghasilkan ide yang inovatif dan jalan keluar dalam menyelesaikan masalah serta meningkatkan kemampuan dalam mengingat sesuatu.
Apabila kedua pembelajaran diatas berhasil menjadikan siswa kritis dan kreatif, sama halnya telah mengantarkan siswa pada kemampuan selanjutnya yaitu kemampuan problem solver. Dimana dalam prosesnya guru memberikan stimulus berupa masalah-masalah yang perlu diselesaikan kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami nilai serta bekerja sama untuk mengkolaborasikan ide-ide mereka. Mengajak siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran baik di luar maupun di dalam kelas.
Pembahasaan pembelajaran mengenai kemampuan kritis, kreatif, dan problem solver di atas, dapat artikan pula sebagai pengaplikasian dari Teori Hemisphere. Dimana merupakan suatu teori yang menjelaskan belahan otak kanan dan otak kiri atau disebut pula sebagai teori otak. Belahan otak kanan disebutkan lebih menekankan pada kreativitas, sedangkan otak kiri berperan dalam kegiatan kognitif dan bersifat logis, sekuensial, linier, dan rasional.
Dari seluruh pembahasan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa untuk mewujudkan ketiga pembelajaran diatas terjadi pada siswa, guru harus bisa mengetahui bagaimana perkembangan siswa dan juga harus bisa mengerti bagaimana kemampuan siswanya. Selain itu, apabila ketiga proses pembelajaran tersebut berjalan, maka dapat diartikan guru juga telah melatih siswa dalam penggunaan penyeimbangan kinerja antara otak kanan dan otak kiri pada siswa. Dengan demikian akan semakin mempermudah mewujudkan siswa yang berkemampuan kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah (problem solver). Selain itu dengan terbangunnya kemampuan tersebut pada diri siswa, dapat berdampak pada masa depan generasi penerus bangsa ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H