If the facts don't fit the theory, change the facts.
Atau dalam terjemahan Bahasa Indonesia berbunyi
"Jika fakta tidak sesuai teori, ubahlah fakta"
Kutipan tersebut saya ambil dari pemikiran orang ter-jenius di dunia yaitu Albert Einstein.
Kutipan ini menggugah hati saya, terutama saat tadi malam, seseorang yang saya kasihi, masih mengambil bagian menjadi saksi hidup dalam pemungutan suara di Sidang Paripurna DPR, sementara banyak orang sudah beristirahat dan tidur nyenyak.
Bahkan ada sebagian orang-orang yang jelas- jelas terlibat dan dapat memberikan pengaruh bagi
hasil pemungutan suara tersebut pun acuh, dan malah memilih untuk Wolk Out dari pemungutan suara.
RUU Pilkada yang menjadi Agenda Kelima Sidang Paripurna DPR pagi ini kembali menjadi buah bibir masyarakat, sama seperti Pilpres, Calon RI1 dan Calon DKI1, yang ramai dibicarakan. Termasuk saya, yang meskipun sangat minim tentang dunia politik.
Tidak hanya di sosial media, seperti facebook, twitter, path, instagram dan sebagainya, Pembicaraan mengenai hasil Sidang Paripurna tersebut pun hadir di warung kopi, tempat mangkal gerobak sayur, kantor-kantor, sekolahan, kampus, angkot, bus kota, bahkan juga mewarnai gosip para ibu-ibu dan tetangga.
Bagiku hal ini adalah pertanda, bahwa masyarakat kita ini sudah "perhatian" dalam struktur pemerintahan dan segala tetek bengek di dalamnya, meskipun dengan cara pandang dan komentar yang belum tentu benar adanya. Maklumlah “Kami ini kan masyarakat awam”.
Kembali ke kutipan si Bapak Jenius, Einstein, "Jika fakta tidak sesuai teori, ubahlah fakta". Rupanya, beliaumengakui adanya kecenderungan manusia yang memungkinkan kebanggaan untuk menolak kejujuran.
Saya sempat kaget mendengarnya “bangga menolak kejujuran??”
Menolak kejujuran kok bangga sih?
Fakta membuktikan bahwa Demokrasi di Indonesia ciut, melempem, terbelenggu, kadang bisu, kurang dihargai bahkan sering diabaikan. Miris memang, tapi itulah faktanya.
Sementara dalam teorinya, negara kita tercinta ini sudah mempunyai UUD 1945 dan Pancasila, dimana isinya memuat lengkap tentang Demokrasi dan musyawarah, mufakat yang lengkap, bahkan nyaris sempurna, secara teori.
Namun Fakta dan teori tidaklah sejalan.
Ketika fakta membuktikan bahwa teori itu salah atau tidak sesuai, mungkin ada baiknya kita mengamalkan kutipan Einstein, yaitu mengubah fakta-fakta yang ada,sehingga teori dan fakta menjadi sesuai.
Hayooo dong...kapan lagi kita jadi bangsa yang maju?
Urusan Pilkada kenapa sekarang tiba-tiba dipermasalahkan, dulu-dulu engga tuh.. kenapa coba?
Kalau gitu percuma dong ada reformasi balik lagi ke jaman baheula, jaman dimana keadilan bisu, demokrasi diam, apa mau yang seperti itu arahnya bangsa kita ini?
Seandainya saja teori dan praktek bisa sejalan, sepadan dan seirama, tentunya, kita masyarakat Indonesia dapat terus memiliki kekaguman dari teori-teori yang terkandung dalam UUD 1945 dan Pancasila.
Dan pastinya dalam banyak hal tentunya masyarakat akan mendapatkan dukungan penuh, penghidupan yang layak, hak asasi, hak berbangsa dan bernegara, hak untuk hidup damai dan sejahtera yang kesemuanya itu diperlukan untuk melanjutkan hidup bersama dalam negara kesatuan Republik Indonesia.
Jempol deh buat kutipan Einstein yang satu ini!
Sekedar Opini, siapa tau hasil Sidang Paripurna DPR kemarin malam bisa berubah. Amin..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H