Mohon tunggu...
Ida Togatorop (Loved)
Ida Togatorop (Loved) Mohon Tunggu... Administrasi - a worker, a crafter, a virtuous women, a happy wife, a loving mother, a blessed person and always loved

Only because God's Grace my life filled with blessings and miracles :)\r\n\r\nMari menulis...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mawar Jingga Dewa

13 November 2014   23:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:52 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nyanyian merdu burung-burung yang terbang dan hinggap di sekitar dahan pohon kamboja, di sebelah jendela kamarku, dapat kudengar.  Mentari sudah menampakkan kemilau sinarnya di ufuk timur, persis ketika si perias pengantin selesai merapikan letak gaun sutra putih bersulam pita ditubuhku.  Ibu Puspa, pengasuhku sejak kecil, tiba-tiba mendatangiku dengan seikat mawar jingga.  Dia bilang mawar itu dia terima semalam, dari seorang pria "yang aku tahu siapa", lalu mereka berdua pergi, meninggalkanku sendirian, di kamar.

Kupandangi seikat mawar jingga ditanganku. Ingatanku membawaku ke masa yang silam.  Tahun lalu di bulan November, waktu itu langit kelabu, bias cahaya matahari nyaris tertutup oleh sekumpulan awan tebal, dan hujan pun perlahan mulai turun. Aku tidak lagi menghiraukan para penari cilik yang sudah asik mengikuti irama gamelan yang mengiringi gerakan tubuh mereka.  Kembali teringiang di telingaku ucapan Dewa saat itu. Menolak dan berkata tidak ketika Dewa memintaku menjadi istrinya, adalah hal yang sulit bagiku.  Aku menunggu Dewa di pelataran pura, sambil memegangi mawar jingga pemberiannya, yang dia petik dari sudut taman dekat situ, saat kami tiba.

Usai sembahyang, Dewa berjalan kearahku, dia mengambil tempat duduk tepat disebelahku.  Dia menggenggam tanganku, seakan-akan tahu apa yang sedang aku pikirkan, dia mendekat padaku, dan membisikkan kata di telingaku, “Aku sayang kamu Kirana sampai kapanpun”.  Aku menatap matanya dan membalas ucapannya, “Aku juga sayang kamu Dewa”. Aku sandarkan kepalaku di bahunya, kami terdiam, memandangi butiran air hujan yang sudah membahasahi area rerumputan hijau dihadapan kami. Di sore yang mencekam itu, kami menikmati kebersamaan kami, untuk yang terakhir kalinya, di Pura Taman Ayun.

Seminggu setelah itu, tepat pukul 5.20 pagi, aku dibangunkan oleh suara musik yang melantun, yang bersumber dari telepon genggamku.

“Halo, Kin.., selamat pagi” Sahut suara di seberang sana.

Suara itu tidak asing “Iya, pagi juga Dewa”, balasku pelan.

“Kin, aku minta maaf, sekali lagi, aku mohon doa restumu, hari ini aku menikah, upacara adat akan dimulai jam 6 pagi, dan dilanjutkan dengan resepsi.  Doakan aku ya..”

Nada suaranya sendu, menyiratkan kegalauan seperti yang aku rasakan. Dewa memang sudah memberitahukan padaku mengenai hari pernikahannya, tetapi aku masih hampir tidak percaya dengan apa yang aku dengar.  Nafasku tertahan, sesak di dada, kenapa secepat itu pikirku. Aku tak kuasa menghadapi kenyataan bahwa Dewa akan menjadi milik orang lain, dan aku terisak.

“Kirana, jangan menangis, kamu membuatku semakin merasa bersalah” katanya.

Perasaanku campur aduk, antara marah, sedih dan kecewa, ingin sekali rasanya berteriak kenapa hidup ini tidak adil! Tetapi, hal itu tidak pernah kulakukan.

“Tidak wa, aku tidak ingin menangis lagi, semoga kamu berbahagia” jawabku.

Dewa mengerti perasaanku, dan berusaha menenangkan aku.

“Kin, percayalah aku selalu mencintaimu, kamulah yang terbaik”

“Iya Dewa, semoga lancar, doakan aku juga ya” sahutku singkat.

“Terima kasih Kirana, aku akan selalu berdoa untukmu, agar mendapatkan pria terbaik, bahkan yang jauh lebih baik dari aku.”

“Iya Dewa, terima kasih”.

Suasana menjadi hening, tidak terdengar suara apapun dari seberang sana, tak ada juga kata yang terucap dariku, perlahan aku menekan tombol merah di-hp ku dan mengakhiri percakapan itu. Aku terdiam, masih terbaring di atas peraduanku, ku pandangi langit-langit kamarku, air mataku berjatuhan, seandainya saja aku bisa lebih berani mengambil sikap untuk menerima pinangan Dewa, mungkin akulah perempuan yang paling bahagia pikirku. Namun, aku tak kuasa jika harus melawan orangtuaku, aku terlalu takut untuk itu. Aku juga tidak menyalahkan Dewa yang telah memilih gadis lain, seorang gadis Bali yang dijodohkan oleh orangtuanya.

Tiba-tiba sentuhan hangat di pundakku menyadarkanku, kupandangi wajah anggun itu, ibuku, dia tersenyum dan berkata dengan lembut padaku, “Kamu sudah siap sayang? Kris dan keluarganya sudah menunggu”.

“Iya mama, aku sudah siap” kataku mantap.  Kuletakkan mawar jingga bersama kenangannya untuk selamanya di atas meja, sambil berkata dalam hati “Terima kasih Dewa untuk mawarnya, aku sudah mendapatkan pria terbaik, pria yang akan kudampingi seumur hidupku”.

Aku melangkah keluar kamar didampingi oleh Ibu dan Ayahku. Di ruang tamu, Kris dan keluarganya menyambutku. Kris tersenyum bahagia memandangi diriku, dia meraih tanganku, dan mencium keningku, lalu membawaku duduk di sisi kirinya.

Dia menatapku dan berkata “Sayangku, kamu cantik sekali”.

Aku menatapnya dalam, “Terima kasih sayang, kamulah yang terbaik” balasku.

Aku, Kris dan keluarga kami bernyanyi dan berdoa bersama sebelum kami melangkahkan kaki ke gereja. Hatiku dipenuhi rasa haru dan syukur yang melimpah pada Yang Kuasa, karena telah memberikan jodoh yang terbaik untukku.  Suasana menjadi semakin tentram dan damai kurasakan, dan aku merasa menjadi perempuan yang paling bahagia di dunia, karena hari ini adalah hari pernikahanku dengan Kris.

- o -   Tamat   - o -

P.S.  Every Broken Heart Heart will fixed in time.. :) *Loved


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun