Mohon tunggu...
Roisah Rihhadatul
Roisah Rihhadatul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Pendidikan Bahasa Arab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

suka menulis, membaca, dan belajar hal-hal baru

Selanjutnya

Tutup

Roman

Selamat! Kamu Abadi dalam Tulisan Ini

19 Oktober 2024   21:08 Diperbarui: 19 Oktober 2024   21:09 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Haii, apa kabar kamu? lama tak merencanakan temu. Bahkan sekedar bertegur sapa pun aku terlihat sangat lugu. Entah beberapa waktu lalu aku terfikir sesuatu. Ya, mengabadikan sosokmu dalam tulisanku. Memang benar, aku bukan sosok yang pandai dalam merangkai kata, pun menulis puisi tentang rasa. Tapi kurasa, tak ada salahnya jika aku menuangkan isi hati dan fikiranku di ranah kompasiana. 

Aku lupa kapan terakhir aku menulis penggalan kata tentang romansa yang sedikit menggores luka. Yang aku ingat hanyalah kita pernah bahagia bersama, menghabiskan waktu untuk sekedar berbagi cerita bahkan bercanda yang tak ada ujungnya. Kala itu, tanpa kusadari, aku menyukaimu. Menyukai segala hal tentangmu, senyum manismu, tatapan teduh yang ada pada dirimu, serta celotehan sederhana itu. Tiba-tiba saja, "nanti kita ukir cerita yang indah, ya" tuturmu kala itu.

Kali ini, bolehkah aku mengucap terima kasih atas segala hal yang pernah kamu usahakan? Kuharap jawabanmu adalah, "iya".  Untuk apapun yang pernah terjadi, aku tak ingin mengutuki diri. Aku tak pernah menyesal bisa mengenalmu sebaik yang aku tau. Sedari awal pertemuan yang kaku, hingga perpisahan yang berujung sendu. Aku masih sama seperti dulu, yang suka memperhatikan hal-hal kecil tentangmu. Bahkan, untuk sekedar ukuran sepatu dan sedikit bekas luka di tanganmu masih tersimpan dalam benakku. Terima kasih, untuk selalu bersedia menjawab ribuan pertanyaan yang aku lontarkan sekalipun mungkin menurutmu itu adalah hal yang tidak perlu dipertanyakan. Terima kasih, untuk selalu menghargai setiap tutur kata dan cerita dari apa yang sedang aku usahakan. Terima kasih lagi untuk selalu memberikan dukungan atas apa yang aku cita-citakan.

Terlepas dari kesalahan yang pernah kamu lakukan, aku sudah tak ingin membahasnya lagi. Karena aku pun bukan manusia sempurna yang ma'shum dari kesalahan. Aku sudah memaafkannya, bahkan hampir bisa melupakannya. Tapi, memang sejatinya ada benarnya bahwa 'memaafkan belum tentu bisa melupakan'. Aku sudah berdamai dengan keadaan. Menerima semua dengan dada yang lapang. Aku tak ingin dihantui perasaan yang membuat hati tak tenang. Mungkin memang lebih baik seperti ini saja. Ya, asing saja, karena sudah habis masanya.

Oiya, kamu masih suka matcha kan? Terakhir, aku mendengar kabar tentangmu yang selalu memesan americano less sugar, dengan alasanmu yang masih sama, kamu sedang mengurangi gula. Aku selalu tertawa kecil mendengarnya. Salut saja, ternyata masih ada ya anak muda yang sangat peduli terhadap penyakit gula dan gejalanya. Di era banyaknya anak muda yang lebih pilih memenuhi apa yang menjadi mood nya belaka. 

Ah, sudahlah. Aku tak ingin lagi meneteskan air mata hanya untuk mengingat apa yang pernah kita lewati bersama, tempat-tempat yang pernah kita kunjungi tiap sudutnya, kuliner yang sempat kita coba meski kadang tak sesuai selera, dan juga jalanan Jogja yang menjadi saksi akan segalanya. Hahaha, maaf, mataku berkaca-kaca lagi pada akhirnya.

Bait-bait kata yang aku rangkai ini hanya sekedar untuk menghibur diri. Aku sampaikan lagi, bahwa aku sudah berdamai dengan masa lalu itu. Kini, aku ingin mengucapkan selamat kepadamu. Selamat membuka lembaran baru, selamat menapaki jalan yang sudah kamu pilih, bersama orang baru, mungkin. Aku tak tau dan tak ingin mencari tau perihal itu. Jika memang benar adanya, semoga kamu selalu bahagia bersamanya, dan bersama impian yang selalu kamu ceritakan padaku  sedang aku tak pernah bosan mendengarnya. Aku anggap langkah untuk menemani prosesmu telah usai dan kamu telah berhasil menggapainya. Sekali lagi, aku pamit. Selamat! Kamu abadi dalam tulisanku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun