Lalu paradigma integralistik memandang adanya integrasi antara dakwah dan politik. Wilayah dakwah meliputi juga politik. Oleh karena itu, menurut paradigma ini, politik merupakan lembaga dakwah.
Â
Selanjutnya, paradigma instrumentalistik adalah paradigma yang memposisikan politik sebagai instrumen atau alat bagi pengembangan dakwah, karena banyak nya orang yang buta dengan agama namun melek dalam hal politik, sehingga hal ini dapat memudahkan da'i untuk menyampaikan dakwahnya agar menyentuh ke berbagai kubu
Politik dakwah diperlukan untuk menentukan digunakannya ketiga paradigma ini secara terpisah atau bersamaan sesuai dengan situasi dan kondisi objek dakwah pada waktu tertentu sampai batas waktu tertentu.Â
Sejatinya, secara praktik, politik dakwah lebih tepat diistilahkan dengan taktik dakwah. Contoh politik atau taktik dakwah adalah berdakwah pada masyarakat desa, tentu berbeda dengan berdakwah pada masyarakat kota, baik pendekatan, strategi, dan metodenya. Dengan demikian, politik dakwah dapat dilakukan secara fleksibel. Politik dakwah dinilai efektif apabila didukung oleh faktor internal dan eksternal.
Â
Faktor internal adalah diri da'i yang harus memberikan contoh baik dalam setiap halnya , sedangkan faktor eksternal adalah situasi di luar pelaku dakwah.Â
Yang dimaksud situasi di luar pelaku dakwah adalah hal-hal yang tak dapat di atur atau diperkirakan oleh faktor internal, seperti contohnya ; perilaku masyarakat, media, situasi politik, ekonomi, dan hukum.