"Kemana Ke? FakFak? Belah Mana itu?", tanya seorang teman saya. "Papua. Papua Barat", jawab saya." Ah, gile lu jauh amat Ke. Kenapa sih gak nyari kerja yang deket-deket sini aja, kan banyak?", tanyanya lagi." Sekali seumur hidup cong, gue pengen ke Papua", jawab saya kemudian. " Ya, udah gue doain baek-baek lo disana ye", ucapnya lewat telepon.
Sebagai salah satu keturunan 'Kaki Gatel' saya termasuk dari  jenis yang tidak tahan diam-diam saja. Ibu saya dulu menyebut saya sebagai si anak Belatung Nangka, karena saya memang tidak bisa diam  mirip belatungnya di buah nangka walaupun sebenarnya saya anak paling kalem dan cenderung introvert di keluarga dan di rumah.Jadi ketika ada lowongan PPPK Kemendikbudristek di tahun 2023. Saya bergegas mencari lokasi mana yang bisa menjadi 'rumah' saya berikutnya. Saya menemukan 3 pilihan yang cocok tapi dari semua, jatuh pilihan saya ke Politeknik Negeri FakFak yang berada di Provinsi Papua Barat. Atas petunjuk kakak perempuan saya, beliau yakin kampus ini akan berkembang maju ke depannya (saya hanya punya kakak-kakak perempuan, orangtua sudah tidak ada ya).
Awalnya saya sempat ragu, ah apa bisa saya tembus masuk tes secara beberapa kali saya failed karena kecerobohan saya  hehehe... tapi dengan semangat bangun malam akhirnya bisalah Alhamdulillah saya masuk ke daftar peserta. Tak lama saya test dan interview oleh Bapak Direktur dan Wakil Direktur Politeknik Negeri FakFak. Saya akhirnya (sekali lagi Alhamdulillah) masuk. Setelah berhasil, keluarga saya tentu saja kaget terutama yang belum tahu tentang informasi ini. Mau ngapain orang Betawi merantau jauh sampai ke Papua Barat? Saya sedikit heran awalnya ini kenapa sih saudara dan teman khawatir.Â
Ternyata terpaan berita tentang Papua yang berkonflik itulah yang mereka lihat dan dengar yang akhirnya membuat mereka menjadi lebih paranoid. Saya hanya jelaskan, inshaallah saya dijaga Allah SWT. Kalau mau mati, ketusuk jarum karatan juga bisa mati. Dimana saja bisa mati. Saya niat datang ke Papua mau share ilmu, saya datang ke Papua bukan buat macam-macam. Saya datang dari keluarga guru, kok ini mikirnya gimana ya haha..Â
Saya juga jelaskan ke mereka, kalau orang Betawi ( yang kata orang singkatan dari Betah di Wilayah itu hehe) jaman sekarang gak melulu harus tinggal di Jakarta saja. Buktinya beberapa keluarga ada yang tinggal jauh di pulau dan negara lain. Kenapa ketika saya memilih Papua mereka shock? tapi gak papa akhirnya saya dapat restu juga.. makasi ya.
Saya dari rumah berangkat mengunakan kereta menuju bandara soeta tapi ternyata saya kemalaman jadi gak bisa naik kereta bandara dan akhirnya ber bus-ria gotong-gotong koper ke tempat check in ( makasi pak supir bus bandara yang baik). Di counter check in ternyata sudah ramai, waduh bakalan padat ini antrian mana bentar lagi tengah malam. Saya pun zikiran sajalah sapatau bisa masuk. Dan alhamdulillahnya giliran saya tiba.Â
Tapi aplikasi check in saya bermasalah pula akhirnya tetap dibantu mbak checkin lion di bandara. Sekali lagi thank you ya lion air. Gak lama saya dapat juga duduk di pesawat Batik air menuju kota Sorong. Alhamdulillah mbak-mbak pramugarinya baik. tetangga kiri kanan juga baik. hanya agak sedih juga, sepertinya bapak yang duduk tepat di bangku belakang saya itu terus menangis. Mungkin ada keluarganya yang tengah berduka ya. Saya juga turut bersedih. Kasian juga si bapak. Tapi karena saya mengantuk jadi saya lanjut tidur.
Tak berapa lama saya lihat bapak di samping saya tayamum dan sholat. O udah subuh ya. akhirnya saya ikutan sholat subuh dengan tayamum di dalam pesawat. Tak lama dari subuh, pilot pun mengabari kalau pesawat kami sudah sampai di kota Sorong. Alhamdulilah saya akhirnya sampai di Pulau Papua ( dan satu dari sekian cucu kakek nenek saya yang duluan touch down di tanah Papua..ah..bangga sekali aku makasi Ya Allah).
Lanjut ya ke part 2