Mohon tunggu...
Roi Rahmat
Roi Rahmat Mohon Tunggu... profesional -

Penikmat Kopi Hitam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Media Gorontalo: Identitas dan Tanggung Jawab Etnik Gorontalo

25 Mei 2012   15:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:48 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gorontalo dewasa ini, memang telah mengalami perkembangan di pelbagai aspek yang telah kita ketahui bersama, tak terkecuali aspek teknologi dan informasi yang dalam hal ini adalah media. Media dipercaya memegang peranan yang cukup penting dalam pembangunan Gorontalo kedepan. Akan tetapi, tidak sedikit pula yang menganggap media dapat menjadi agen “ancaman” bagi identitas lokal, untuk pembangunan Gorontalo. Dikatakan sebagai agen “ancaman”, karena media Gorontalo kerap menyuguhkan acara-acara yang hampir tak pro dengan identitas etnik Gorontalo. Media yang dimaksudkan disini, memang lebih mengarah pada media elektronik (Telivisi dan Radio). Kenapa media elektronik? Ya, karena realita masyarakat sekarang lebih tertarik dan menyenangi sesuatu yang berbau visual.

Masalah ini, terkesan semakin rumit dan mengkhawatirkan. Tidak sedikit media lokal Gorontalo, baik itu Televisi dan Radio yang kerap menyuguhkan acaranya dengan bungkusan yang bukan merupakan identitas etnik Gorontalo, dalam hal ini bahasa Gorontalo. Bahasa yang merupakan bagian dari kehidupan dan kebudayaan sebuah daerah, memang jelas patut untuk dihormati dan dipelihara oleh daerah itu sendiri, bahkan negara sekali pun. Sebab bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia ini, merupakan salah satu dari sekian juta kekayaan budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Maka dalam hal ini negara beserta daerah-daerahnya wajib secara bersama-sama memelihara serta melestarikan bahasa daerah yang dimiliki oleh daerah-daerah tersebut.

Identitas (Bahasa) Etnik Gorontalo

Menjadi sebuah kenyataan dan hal yang pasti diterima, ketika saya mengatakan bahwa Bahasa Gorontalo-lah yang merupakan identitas utama etnik Gorontalo. Walaupun memang juga tidak dapat dipungkiri, masih banyak lagi budaya Gorontalo yang juga merupakan identitas dari etnik Gorontalo itu sendiri. Kenapa Bahasa Gorontalo menjadi identitas utama etnik Gorontalo? Karena dengan Bahasa Gorontalo, para orang Gorontalo akan dapat mengenali saudara-saudaranya yang juga merupakan orang Gorontalo ketika mereka berada di luar daerah Gorontalo.

Mengarah pada konteks media, euforia media merupakan sebuah fase dimana media-media massa baru muncul/lahir, baik itu nasional maupun daerah, termasuk juga Gorontalo didalamnya. Hal yang memang tidak dapat dihindari, bagaimana media massa nasional mampu menarik jutaan perhatian masyarakat yang ada di pelbagai daerah-daerah yang ada. Suguhan-suguhan mereka yang terkesan lebih ke-nasionalan dengan dialek Jakarta-nya, memang merupakan suatu hal positif untuk dicerna. Akan tetapi, dibalik itu media-media massa nasional juga memberikan ancaman terhadap identitas-identitas lokal sebuah daerah. Lewat acara-acara yang mereka suguhan seperti; sinetron, reality show, musik dan sebagainya, yang secara jelas disuguhkan dengan dialek Jakarta atau yang lebih trend dikenal dengan bahasa gaul.

Kenapa media sangat berpengaruh terhadap bahasa, mungkin jawabanya cukup pendek dan sederhana. Media dikatakan sangat berpengaruh terhadap bahasa, karena suguhan yang diberikan oleh media keseluruhannya menggunakan bahasa (perkataan atau kalimat). Maka dari itu, media-media Gorontalo yang telah lahir, baik itu elektronik dan cetak diharapkan menjadi fasilitas/wadah yang dapat mempertahankan identitas (bahasa) etnik Gotontalo.

Ditengah masyarakat Gorontalo yang sudah sangat terbiasa dan terpengaruh oleh media-media elektronik (televisi) dengan suguhan sinetronnya, membuat identitas (bahasa) etnik Gorontalo pun semakin terancam. Media Gorontalo yang lagi-lagi diharapkan menjadi penyeimbang dan sebagai identitas (bahasa) etnik Gorontalo, malah terkesan mengikuti konsep-konsep suguhan media nasional yang lebih menonjolkan dialek Jakarta. Yang seharusnya media Gorontalo memberikan sebuah suguhan yang berada pada konsep bahasa Gorontalo, bukan malah memberikan suguhan acara yang berbau ke-jakartaan atau yang lebih dikenal dengan bahasa gaul atau dialek Jakarta.

Tanggung Jawab Terhadap Etnik Gorontalo

Selain sebagai identitas, media Gorontalo juga bertanggung jawab atas keberlangsungan etnik Gorontalo. Setelah media Gorontalo dikatakan harus menjadi salah satu wadah dari identitas bahasa Gorontalo, maka tanggung jawab yang dipikul pun akan menjadi semakin besar. Sebab media Gorontalo sangat bertanggung jawab atas pelestarian budaya (bahasa) Gorontalo. Kenyataan menunjukan generasi muda Gorontalo dalam pelbagai kesempatan selalu menggunakan dialek Manado dan yang lebih parahnya lagi tidak sedikit yang menggunakan dialek Jakarta.

Hampir disetiap interaksi yang berlangsung di Gorontalo, para orang Gorontalo selalu berinteraksi dengan menggunakan dialek Manado. Dan disinilah kiranya, media Gorontalo bertanggung jawab untuk berusaha mempertahankan bahasa Gorontalo yang merupakan sebuah identitas etnik Gorontalo.

Pengaruh media massa nasional yang mampu menjangkau seluruh pelosok-pelosok yang ada di negeri ini, dengan Bahasa Indonesia sebagai wahananya, memang bukanlah hal yang dapat dihindari atau ditolak. Akan tetapi, kita bisa mengontrol dan menyeimbanginya dengan media lokal yang kita miliki. Dengan cara apa media lokal Gorontalo menyeimbanginya, pastinya dengan cara memberikan suguhan-suguhan yang isinya menggunakan bahasa Gorontalo. Agar bahasa Gorontalo masih terus tertanam dan berjalan dikehidupan masyarakat Gorontalo.

Tanggung jawab seperti apa yang dimaksudkan bagi media Gorontalo ini. Media Gorontalo bertanggung jawab untuk dapat mempertahakan bahasa Gorontalo dalam setiap suguhan yang mereka berikan. Akan tetapi, bukan hanya sekedar rasa tanggung jawab melainkan dengan kesungguhan dan sifat peduli terhadap bahasa Gorontalo. Menurut Pateda (2001:155), pembertahanan bahasa adalah usaha yang sadar dilaksanakan secara sungguh-sungguh, terencana, terarah, terpadu, komprehensif, dan gradual untuk mempertahankan bahasa sebagai identitas pemilik bahasa bersangkutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun