Menuju Indonesia Unggul menjadi tema besar dalam menyambut HUT Ke-47 Kemerdekaan RI. Hal ini selaras dengan salah satu poin pidato kenegaraan Presiden Jokowi (14/07/2019) terkait pentingnya mencari model baru, cara baru, nilai-nilai baru dalam mencari solusi dari setiap masalah dengan inovasi-inovasi.
 Dengan harapan dapat menjadi sebuah negara yang lebih produktif, yang memiliki daya saing, yang memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi berbagai perubahan.Â
Pendidikan hari ini mengikuti perkembangan jaman yang beriringan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih inovatif.
Kondisi anak muda tanah air yang serba memilukan akan beragam kasus perundungan, kekerasan dan tawuran.
Belum lagi fakta literasi Indonesia yang masuk dalam tahap memprihatinkan, paparan gawai yang menurunkan minat belajar dan realita pergeseran nilai budaya mengakibatkan nilai budaya lokal terabaikan.Â
Generasi muda hampir melupakan kesenian dan budaya bangsa, justru menekuni kebudayaan luar yang dianggap sebagai trend seperti budaya barat, Korea dan Timur Tengah. Xenosentris telah merambah generasi muda dengan berbagai homogenitas dalam arus media informasi yang serba cepat dan masif.
Inovasi berbasis etnosains diperlukan dalam pendidikan. Masyarakat secara turun temurun telah mengembangkan pola pikir dan tindakan yang memanfaatkan pengetahuan lokal.Â
Sebagaimana konsep etnosains yang oleh Sudarmin (2015) dianggap sebagai yaitu pengetahuan asli dalam bentuk bahasa, adat istiadat dan budaya, moral; sebagai begitu juga teknologi yang diciptakan oleh masyarakat atau orang tertentu yang mengandung pengetahuan ilmiah.Â
Pengetahuan botani masyarakat merupakan kekayaan khasanah pengetahuan yang adiluhung. Kita telah lama terlena pada anggapan bahwa pengetahuan barat adalah yang paling unggul. Sebuah superioritas yang cenderung melupakan keistimewaan alam Indonesia yang dianugerahi berbagai kekayaan alam.
Literasi masyarakat berbasis kearifan lokal