Mohon tunggu...
..............Papu Roikan
..............Papu Roikan Mohon Tunggu... -

Tukang Mancing Spot Liar. Biasa Mancing di https://tultulslup.blogspot.com/ Strike Gokil ditampung di http://kartunmancing.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Money

Mancing Ide: Siapa suruh jadi Kartunis?

17 Maret 2015   19:42 Diperbarui: 20 Februari 2019   14:12 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Mengawali posting perdana kali di ranah kompasiana ini saya ingin memberikan gambaran tentang dunia kreatif di tanah air salah satunya adalah kartunis. Kartun merupakan seni menggambar yang lebih menekankan aspek humor dan gambar yang sederhana. Saya melakukan refleksi pada diri saya sendiri. Dengan kebiasaan saya sejak masa Sekolah Dasar (SD) yang suka membeli majalah, baik bekas maupun yang baru dan menyukai gambar-gambar yang ditampilkan di dalamnya, khususnya kartun. Kartun yang kerap menjadi perhatian adalah gambar karya dari ilustrator majalah bulanan Intisari, Anton Nugroho. Masa Sekolah Menengah Pertama (SMP) ketika aktif di ekstrakulikuler Majalah Dinding (Mading), saya menggambar kembali karya Anton Nugroho terutama yang berkaitan dengan isu lingkungan hidup. Masa Sekolah Menengah Atas (SMA), saya menjadi ilustrator di majalah sekolah Romansa Cendekia (RC) SMA N 2 Lamongan dan gaya gambar saya tidak jauh dari gaya gambar Anton Nugroho yang mempunyai karakter gambar jenaka ala komik Donald Bebek Walt Disney. 

Sejak itulah saya menyukai dunia kartun dan memutuskan untuk menjadi bagian dari kartunis. Sebuah dunia yang kurang menjanjikan di tanah air jika dibandingkan dengan menjadi seorang dokter, tukang insinyur ala Si Doel Anak Sekolahan atau Pilot. Kartunis merupakan pekerjaan yang tidak bisa lepas dari keberadaan media. Media dan kartun tidak melulu pada kartun editorial, beberapa koran dan majalah membuat rublik khusus yang menyediakan tempat bagi kartunis lepas.Permasalahan sekarang adalah tidak semua media cetak menyediakan rublik untuk kartun. Ibarat petani, sawah bagi seorang kartunis telah menipis. Lantas apa yang harus dilakukan, tetap menggambar tanpa tahu harus kemana pemasaran gambar yang telah kita buat? atau mencari media alternatif dengan agar dapur tetap mengepul dengan ngartun tanpa mengharap kehadiran media yang menyediakan rublik kartun? . Inilah yang menjadi pertanyaan saya dan teman-teman kartunis tentang siapa yang suruh jadi kartunis? . Sekian dan sampai jumpa dalam acara dan gelombang yang sama. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun