Mohon tunggu...
Roihan Rikza
Roihan Rikza Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis adalah doa yang tak putus-putus

Selanjutnya

Tutup

Diary

Di Balik Layar Pegawai Pemerintah

12 Juni 2024   13:54 Diperbarui: 12 Juni 2024   14:25 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: blog.payrollbozz.com

Di balik seragam rapi dan meja penuh berkas, tersimpan pilu yang tak terkira bagi para pegawai pemerintah. Gajinya memang stabil, namun tak sebanding dengan jerih payah dan pengabdian yang mereka curahkan. Beban kerja menggunung, lembur tanpa dibayar, dan target yang tak kenal ampun menjadi teman setia.

Hirarki yang kaku dan budaya senioritas membelenggu kreativitas dan inovasi. Suara mereka bagaikan bisikan di tengah hiruk pikuk birokrasi, tak didengar dan tak dihargai. Mimpi dan ambisi terkubur dalam tumpukan rutinitas, tergantikan oleh rasa lelah dan apatis.

Di antara tumpukan berkas dan angka, mereka merindukan pengakuan. Ingin berkarya nyata, ingin memberikan dampak positif bagi bangsa. Namun, sistem yang kaku dan birokrasi yang berbelit-belit menjadi tembok tebal yang mustahil ditembus.

Harapan demi harapan sirna, tergantikan oleh kekecewaan dan keputusasaan. Semangat yang dulu membara kini meredup, tergantikan oleh rasa hampa dan penyesalan.

Inikah pengabdian? Inikah balas jasa untuk negeri? Pilu menyelimuti hati para pegawai pemerintah, terjebak dalam lingkaran sistem yang tak berpihak pada mereka.

Namun, di tengah kepiluan itu, masih ada secercah harapan. Harapan akan perubahan, harapan akan sistem yang lebih adil dan menghargai jerih payah mereka. Harapan bahwa pengabdian mereka tak sia-sia, bahwa mereka pun bisa berkarya nyata dan memberikan kontribusi berarti bagi bangsa.

Semoga pilu ini takkan abadi. Semoga suatu saat nanti, jeritan hati mereka didengar dan nasib mereka diubah. Semoga pengabdian mereka dihargai, dan mereka dapat menjadi abdi negara yang sejahtera lahir dan batin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun