HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan serius yang berdampak pada tubuh serta pada kehidupan sosial penyandangnya. Stigma atau pandangan negatif dari masyarakat ini biasanya muncul karena kesalahpahaman dan ketakutan yang tidak berdasar tentang bagaimana HIV ditularkan. Banyak orang masih percaya bahwa HIV/AIDS hanya menyerang kelompok tertentu, seperti mereka yang menggunakan narkoba atau melakukan kegiatan seksual Tanpa Perlindungan. Padahal, siapa saja bisa terinfeksi HIV, tidak peduli latar belakangnya.
Stigma negatif ini seringkali menyebabkan penyandang HIV/AIDS dipandang sebagai orang yang tidak bermoral atau layak dijauhi. Padahal, HIV adalah masalah kesehatan yang memerlukan pemahaman dan dukungan, bukan penghakiman. Akibat stigma ini, penyandang HIV/AIDS sering mengalami diskriminasi, baik dalam kehidupan sosial, pekerjaan, maupun akses terhadap layanan kesehatan, yang justru memperburuk kondisi mereka dan memperlambat upaya pengendalian virus. Oleh karena itu kelompok 2 dari pdb 11 yang merupakan mahasiswa baru universitas airlangga, membuat film edukasi yang berjudul voyage.
Film edukasi ini menceritakan tentang perjalanan sesorang penyandang hiv aids yang mengalami stigma negatif di masyarakat. Stigma negatif di masyarakat terjadi akibat kurangnya pemahaman masyarakat mengenai penularan dan pencegahan hiv aids. Dalam film ini pembuat memberikan informasi serta penjelasan mengenai hal-hal yang dapat menularkan hiv aids. Tak hanya itu pembuat juga memberikan latar belakang, suasana, serta pengambilan footage yang di kemas dengan menarik. Berikut bermacam-macam cara penularan HIV/Aids menurut Handitya dkk.(2024), diantaranya: Â Â
- Penularan HIV dan AIDS dari aktivitas seks sesama jenis. Faktor-faktor biologis, gaya hidup, dan sosial merupakan penyebab tingginya risiko penularan HIV/aids. Itulah penyebab sulitnya pencegahan terhadap kasus HIV pada pasangan gay, kaum penyuka sesama jenis, transgender, dan biseksual (LGBT).
- Penularan HIV dan AIDS melalui hubungan Seks di tempat Lokalisasi. Meskipun jumlah penderita atau pekerja yang terinfeksi HIV dan AIDS tidak terlalu besar, mereka tetap berkontribusi terhadap peningkatan angka penyebaran.
- Penularan HIV dan AIDS sejak bayi berada dalam kandungan Penyakit HIV yang diturunkan secara langsung dari orang tua, baik ayah ataupun ibu. Penularan bisa terjadi bahkan sejak masa awal kehamilan hingga proses persalinan dan menyusui. Penularan dalam kandungan dapat terjadi melalui tali plasenta.
- Penularan HIV dan AIDS anak dari asi ibu. Menyusui pada ibu yang mengidap HIV merupakan masalah penting yang sering menjadi perdebatan. Hal ini disebabkan oleh dua dampak yang berlawanan dari pemberian ASI, yaitu sebagai sumber utama nutrisi bagi bayi selama 6 bulan pertama kehidupan, namun di sisi lain juga berisiko sebagai media penularan HIV. Beberapa kondisi saat menyusui dapat meningkatkan kemungkinan penularan HIV, seperti luka pada puting susu ibu, luka di mulut bayi, dan kondisi sistem kekebalan tubuh bayi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa risiko penularan HIV melalui ASI terjadi pada 3 dari 100 bayi per tahun.
- Penggunaan alat-alat medis. Dalam setiap prosedur medis, alat-alat yang bersentuhan dengan cairan tubuh pasien, seperti jarum, pisau, gunting, dan lainnya, memiliki potensi untuk menularkan HIV dan AIDS. Untuk mengurangi risiko tersebut, dokter akan menggunakan alat yang berbeda untuk setiap pasien. Selain itu, alat medis juga telah menjalani proses sterilisasi yang ketat, sehingga kemungkinan penularan penyakit menjadi sangat kecil. Meskipun demikian, terkadang potensi penularan masih bisa terjadi akibat kelalaian yang tidak terhindarkan.
Dalam film Voyage, disampaikan informasi penting bahwa pengidap HIV tidak seharusnya dijauhi, karena kontak langsung dengan mereka tidak akan menularkan penyakitnya. Pengidap HIV/AIDS berhak untuk menjalani aktivitas fisik seperti halnya orang lain pada umumnya, tanpa ada perlakuan khusus yang membedakan mereka. Oleh karena itu, sebagai individu yang melakukan kontak langsung dengan pengidap HIV/AIDS, penting untuk memberikan dukungan, baik secara emosional maupun praktis, dengan mendorong mereka untuk selalu mengonsumsi obat-obatan yang disarankan serta menjalani kehidupan yang normal dan aktif. Ini akan membantu mereka merasa diterima dan tidak terisolasi, serta mengurangi stigma yang seringkali melekat pada pengidap HIV/AIDS.
Screening film ini telah digalakkan dengan tujuan untuk mengurangi stigma negatif di kalangan penontonnya, dengan sasaran utama adalah mahasiswa baru Universitas Airlangga, baik dari kampus A, B, maupun C. Melalui pemutaran film ini, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman penonton mengenai cara penularan HIV/AIDS, metode pencegahan yang efektif, serta mengurangi pandangan negatif yang seringkali melekat pada pengidap HIV/AIDS. Dengan demikian, selain sebagai sarana edukasi, kegiatan ini juga bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan menerima, serta membangun kesadaran yang lebih baik tentang pentingnya penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H