Mohon tunggu...
ROHNIA ROHNIA
ROHNIA ROHNIA Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Mahasiswa ilmu komunikasi yang ingin menjadi seorang jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meningkatnya Angka Kemiskinan, Apa yang Salah?

10 Juni 2024   14:05 Diperbarui: 10 Juni 2024   14:33 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
JDIH Kabupaten Sukarjo

Indonesia, merupakan salah satu negara yang memiliki kepulauan terbesar di dunia yang hampir mencapai 270 juta penduduk, Dimana hal tersebut menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan dalam beberapa decade terakhir. 

Namun, meskipun Produk Domestik Bruto (PDB) terus meningkat, tantangan dalam mengentaskan kemiskinan tentunya tetap menjadi masalah yang sangat rumit dan kompleks. Kemiskinan di Indonesia sebenarnya tidak hanya berkaitan dengan pendapatan yang rendah, tetapi aspek seperti akses terhadap Pendidikan, Kesehatan dan peluang ekonomi juga termasuk salah satu sebab adanya kemiskinan. 

Melansir dari CNBC Indonesia, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 - 2024 menetapkan penurunan tingkat kemiskinan menjadi antara 7% hingga 6,5%, yang berarti sekitar 18,34 juta hingga 19,75 juta penduduk miskin pada akhir 2024. 

Sedangkan pada Maret 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa jumlah penduduk miskin mencapai 25,9 juta orang atau sekitar 9,36%. Angka ini berkurang 0,46 juta orang dibandingkan dengan September 2022 dan menurun 0,26 juta orang dibandingkan dengan Maret 2022. Dengan demikian, untuk mencapai target RPJMN 2024 sebesar 7%, pemerintah perlu mengurangi jumlah penduduk miskin sekitar 6,5 juta orang dalam satu tahun.

Salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi yang tidak merata. Meskipun ekonomi Indonesia tumbuh rata-rata sekitar 5% per tahun sebelum pandemi COVID-19, manfaat dari pertumbuhan ini tidak dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi seringkali terpusat di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, sementara daerah-daerah terpencil masih tertinggal jauh. Ketimpangan ini memperburuk kondisi kemiskinan di pedesaan dan daerah terpencil. 

Menurut Oxfam, bahwa Indonesia saat ini merupakan negara ke-6 dengan ketimpangan tertinggi di dunia. Saat ini, empat orang terkaya di Indonesiamemiliki kekayaan lebih dari 100 juta orang termiskin. Hal tersebut merupakan salah satu Upaya yang menghalangi pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan, menekan pertumbuhan ekonomi serta menganam kohesi sosial. 

Selain itu, tingkat pengangguran yang tinggi dan banyaknya pekerjaan informal dengan upah rendah turut berkontribusi pada peningkatan kemiskinan. Banyak orang yang bekerja di sektor informal tidak memiliki jaminan sosial dan pendapatan yang stabil. Sementara itu, sektor formal sering kali tidak mampu menyerap seluruh tenaga kerja yang ada, terutama lulusan baru yang tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa peningkatan angka kemiskinan adalah hasil dari kebijakan yang tidak efektif dan ketidakmampuan pemerintah dalam mengatasi masalah struktural. Kebijakan bantuan sosial yang ada sering kali tidak tepat sasaran dan tidak mampu mengentaskan kemiskinan secara berkelanjutan. 

Selain itu, minimnya akses terhadap pendidikan berkualitas dan pelatihan keterampilan membuat masyarakat miskin sulit keluar dari lingkaran kemiskinan". Dalam hal ini penulis berpendapat juga untuk adanya perbaikan sistem perlindungan sosial yang lebih inklusif dan menyeluruh. Sistem perlindungan sosial yang efektif harus mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang rentan dan memberikan dukungan yang cukup untuk membantu mereka keluar dari kemiskinan.

Meningkatnya angka kemiskinan di Indonesia adalah sinyal bahwa banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Diperlukan upaya yang lebih terpadu dan holistik untuk mengatasi berbagai faktor penyebab kemiskinan. Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat harus berkolaborasi untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan dan inklusif.

Mengatasi kemiskinan bukanlah tugas yang mudah dan memerlukan komitmen jangka panjang serta kebijakan yang tepat sasaran. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang berkontribusi pada kemiskinan, kita dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua. Indonesia memiliki potensi besar untuk tumbuh dan berkembang, namun potensi tersebut hanya bisa diwujudkan jika semua lapisan masyarakat merasakan manfaat dari pertumbuhan ekonomi. Hanya dengan kerja sama yang erat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, kita bisa berharap untuk mengentaskan kemiskinan dan membangun Indonesia yang lebih adil dan Sejahtera.

Penulis: Rohnia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun