bukit-bukit kecil menyapa ingatan
alam pikiran tersipu bangkit dari lupa
memaksa diri  kembali ke kampung halaman
kenangan masa kecil memanggilku bermanja-manja
tak lagi punya alasan tuk menghalangi rindu tuk pulang
pada cakrawala pagi aku melatah
teringat tentang  impian dan tujuan
melepas rindu pada wangi tanah
mentari menyinari setitik embun
hampir hilang membasahi kesunyian
menghalangi rumput liar tak berarah
kaget meringsut tidak percaya
kenyataan ini buatku resah
tak dapat lagi ku lihat tawa kecil disimpang sawahku
kampoeng kecil dahulu terhiasi
kini tenggelam oleh urbanisasi
kulihat  wajah-wajah kapitalis bersungut
disana-sini tanah murah terenggut
cengkaraman feodalism terus menusuk
menyisakan tangisan bayi gizi buruk
tak kudengar lagi siulan cangkrik dimalam hari
hanya deru bising mesin pabrik mempekik
hijau rumput terhampar musnah berganti paving hias
mana kampoengku yang hijau dahulu
kemana aku mengadu,
inikah modernis yang diinginkan oleh penguasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H