Mohon tunggu...
rohmen teras
rohmen teras Mohon Tunggu... Jurnalis - bebas

bebas

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kampungku Hilang

17 Mei 2019   16:49 Diperbarui: 17 Mei 2019   17:04 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

bukit-bukit kecil menyapa ingatan
alam pikiran tersipu bangkit dari lupa
memaksa diri  kembali ke kampung halaman
kenangan masa kecil memanggilku bermanja-manja
tak lagi punya alasan tuk menghalangi rindu tuk pulang

pada cakrawala pagi aku melatah
teringat tentang  impian dan tujuan
melepas rindu pada wangi tanah
mentari menyinari setitik embun
hampir hilang membasahi kesunyian

menghalangi rumput liar tak berarah
kaget meringsut tidak percaya
kenyataan ini buatku resah
tak dapat lagi ku lihat tawa kecil disimpang sawahku

kampoeng kecil dahulu terhiasi
kini tenggelam oleh urbanisasi
kulihat  wajah-wajah kapitalis bersungut
disana-sini tanah murah terenggut
cengkaraman feodalism terus menusuk
menyisakan tangisan bayi gizi buruk

tak kudengar lagi siulan cangkrik dimalam hari
hanya deru bising mesin pabrik mempekik
hijau rumput terhampar musnah berganti paving hias
mana kampoengku yang hijau dahulu
kemana aku mengadu,
inikah modernis yang diinginkan oleh penguasa


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun