Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dan paling tinggi derajatnya diantara makhluk Allah lainnya. Yang membedakan antara manusia dengan makhluk ciptaan Allah lainnya adalah akal. Manusia dianugerahi akal agar mampu berfikir dan membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Lalu bagaimana jadinya jika akal tersebut berpindah tempat? Ya, bagaimana jadinya jika akal tidak lagi berada di kepala, melainkan berada di jempol? Apa yang akan terjadi?
Saat ini, banyak sekali kita jumpai di media sosial status-status dan komentar-komentar tak berdasar. Mereka yang disebut sebut sebagai netizen, banyak sekali netizen yang berkomentar pedas tanpa dasar yang jelas, tujuannya hanya untuk mendapatkan kepuasan mereka sendiri. Tak sedikit netizen yang memasukkan kata-kata bullying dalam komentarnya yang jelas dapat mempengaruhi psikis seseorang yang dikomentari.
Jika sudah seperti ini, akal manusia tak lagi berfungsi dengan baik, karena diambil alih oleh jempol yang dikendalikan oleh nafsu semata. Jika hal semacam ini terus menerus terjadi, maka bukannya tidak mungkin banyak orang yang merasa terhakimi oleh komentar-komentar bullying tersebut.
Menghadapi hal tersebut, anak harus dibekali sejak dini agar bisa memanage emosi, agar tidak terpancing komentar negatif netizen. Anak bisa dimasukkan dalam bimbingan kelompok.
Dalam bimbingan kelompok, peserta didik dibimbing oleh konselor melalui kegiatan kelompok yang bertujuan untuk mencegah berkembangnya masalah-masalah yang dihadapi anak. Dengan adanya bimbingan kelompok ini, anak bisa mengelola emosi dengan baik melalui pengalaman-pengalaman dalam kelompok.
Beralihnya akal ke jempol, jika terus dilakukan melalui komentar-komentar negatif, akan mempengaruhi psikis seseorang. Namun, hal ii dapat dicegah melalui masuk dalam bimbingan kelompok.
semoga bermanfaat...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H