Mohon tunggu...
Rohmatul Firda Wardani
Rohmatul Firda Wardani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Sedang mencari hobi baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Revitalisasi Zat Warna Alam Indonesia sebagai Misi Penyelamatan Lingkungan

14 Mei 2023   00:31 Diperbarui: 14 Mei 2023   13:42 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pewarna diartikan sebagai bahan untuk memberi warna. Berdasarkan sumbernya, zat warna digolongkan menjadi dua yaitu zat warna alami dan zat warna sintetis. Zat warna alami adalah senyawa, pigmen, atau zat lain yang dapat memberikan warna dan diambil langsung dari sumber alam seperti tumbuhan, hewan, dan mineral. Sedangkan zat warna sintetis adalah bahan pewarna yang diproduksi secara kimiawi dan biasanya berasal dari turunan minyak bumi yang tidak dapat diperbarui.


Di industri saat ini penggunaan zat warna sintetis lebih dominan dibandingkan zat warna alami. Diperkirakan terdapat lebih dari 10,000 pewarna digunakan dalam industri dan lebih dari 700,000 ton pewarna sintetis diproduksi setiap tahun skala dunia dimana diperkirakan 200,000 ton dibuang ke lingkungan sebagai residu sisa proses pewarnaan (Drumond Chequer et al., 2013). Selain mencemari lingkungan, zat warna sintetis juga dapat membahayakan kesehatan manusia seperti menyebabkan alergi, asma, dan penyakit lainnya (Maleta et al., 2018).


Pengembangan pewarna alami di Indonesia memiliki prospek yang sangat besar. Indonesia termasuk negara kaya akan keanekaragaman hayati sumber bahan baku pewarna alami. Sumber bahan baku pewarna dari tumbuhan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu tanaman hasil budidaya, misalnya indigofera atau produk pertanian, limbah pertanian dan kehutanan, dan limbah dari industri makanan dan minuman (Shahid et al., 2013). Sumber bahan baku pewarna alami di Indonesia sangat melimpah. Namun, pada saat ini dalam hal pemanfaatan masih sangat terbatas. Penggunaan pewarna alami masih digunakan dalam skala kecil yaitu oleh sekelompok masyarakat pengrajin batik, tenun, dan kerajinan lainnya.


Dari segi budaya dan tradisi lokal, pewarna alami merupakan bagian dari budaya Indonesia yang telah digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Pewarna alami kerap digunakan sebagai pewarna batik. Hal ini telah menjadi praktik atau teknologi berbasis budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi. Motif batik sendiri menggambarkan kondisi situasi alam dan sosial. Inovasi pewarna alami diyakini akan memperkuat industri batik Indonesia dan membuatnya lebih kompetitif di pasar internasional.


Saat ini, penggunaan kembali pewarna alami banyak digunakan di berbagai bidang industri. Hal ini sejalan dengan peningkatan permintaan di ranah global. Dilansir dari Researchandmarket.com  (2019) bahwa pasar pewarna alami global diperkirakan akan mencapai pendapatan US$ 5 miliar pada tahun 2024, tumbuh rata-rata pertahun sekitar 11% dari tahun 2018 hingga 2024. Pasar pewarna alami global secara geografis tersegmentasi ke wilayah APAC (Asia Pasifik), Eropa, Amerika Utara, Amerika Latin, dan MEA. Pada tahun 2018, Amerika Utara memegang pasar terbesar, tumbuh sekitar 7% selama periode 2018-2024. Meningkatnya kesadaran konsumen tentang kesehatan dan lingkungan telah menyebabkan pasar menggunakan kembali pewarna alami dalam tekstil, makanan, produk kecantikan dan kesehatan karena sifatnya yang aman, terbarukan, dan biodegradable. Indonesia dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk menyuplai produk pewarna alami berkualitas tinggi ke pasar global.


Selama proses pengembangan, tentu ada tantangan yang harus dihadapi. Meskipun Indonesia kaya akan sumber bahan baku pewarna alami, namun diperlukan riset lebih lanjut untuk mendapatkan kualitas yang sesuai dengan standar yang sudah ditentukan. Persaingan dengan pewarna sintetis juga saat ini menjadi lebih ketat. Pewarna sintetis masih mendominasi industri pewarna karena tersedia banyak di pasaran, lebih murah, dan variasi warna yang dihasilkan lebih banyak. Pewarna alami menghadapi tantangan bersaing dengan pewarna sintetis dari segi harga, performa, dan ketersediaan pasar. Selain itu, masyarakat sebagai konsumen berperan penting dalam proses pengembangan pewarna alami. Perlu adanya peningkatan kesadaran dan edukasi tentang manfaat yang diperoleh bagi kesehatan, lingkungan, dan sebagai dukungan kearifan lokal.


Pewarna alami adalah sebuah misi penyelamatan. Penggunaan pewarna alami bukan hanya untuk memenuhi permintaan pasar, namun juga solusi atas masalah pencemaran lingkungan yang semakin tidak terkendali akibat pewarna sintetis. Selain itu, penggunaan pewarna alami dapat mengurangi ketergantungan impor pewarna sintetis serta memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah. Dengan adanya kerjasama antara pemerintah, industri, serta masyarakat tantangan ini akan bisa dihadapi dan mempercepat pertumbuhan industri zat warna alam di Indonesia.

Daftar Pustaka
Drumond Chequer, F. M., de Oliveira, G. A. R., Anastacio Ferraz, E. R., Carvalho, J., Boldrin Zanoni, M. V., & de Oliveir, D. P. (2013). Textile Dyes: Dyeing Process and Environmental Impact. In Eco-Friendly Textile Dyeing and Finishing. InTech. https://doi.org/10.5772/53659
Maleta, H. S., Indrawati, R., Limantara, L., & Brotosudarmo, T. H. P. (2018). Ragam Metode Ekstraksi Karotenoid dari Sumber Tumbuhan dalam Dekade Terakhir (Telaah Literatur). Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan, 13(1), 40–50. https://doi.org/10.23955/rkl.v13i1.10008
Shahid, M., Shahid-Ul-Islam, & Mohammad, F. (2013). Recent advancements in natural dye applications: A review. In Journal of Cleaner Production (Vol. 53, pp. 310–331). https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2013.03.031
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun