Saat ini banyak sekali cuitan-cuitan di sosial media tentang standar kecantikan dan kesempurnaan seseorang. Mulai dari sebuah cuitan yang menyatakan bahwa kecantikan itu bila seseorang berkulit putih, memiliki tubuh bak boneka (tidak kurus atau gemuk), memiliki mata sipit, bulu mata panjang, bibir seksi, gigi rapi, dan masih banyak lagi.
Entah siapa yang mempelopori perkataan itu, sehingga menjadi sebuah stigma di masyarakat bahwa seseorang akan dikata cantik bila memenuhi standar tersebut. Lalu bagaimana seseorang yang tidak memenuhi standar itu?Â
Seseorang yang memiliki warna kulit sawo matang dan lain-lain mulai diberikan tatapan yang aneh oleh oknum-oknum tidak jelas yang mendambakan kesempurnaan. Bila melihat seseorang berkulit sawo matang dikatai maghrib, dekil.Â
Sedangkan yang memiliki tubuh berisi dikatai tidak pandai merawat tubuh, yang terlalu kurus dikatai kurang gizi. Apakah salah bila tampilan seseorang tidak sesuai dengan ekspetasi oknum-oknum tersebut? Tentu tidak bukan?
Berbeda lagi jika melihat seseorang yang berdandan dan menggunakan lipstik merah, beberapa mungkin biasa saja, namun terkadang juga ada yang mengomentari, seperti mengatakan "menor banget", "kaya tante-tante", "mirip ani-ani", dan masih banyak lagi.Â
Padahal saat seseorang berdandan terkadang tidak dimaksudkan untuk dipamerkan, namun untuk kesenangan pribadi, karena saya suka dandan dan suka warna lipstik ini, apakah jika dandanan seseorang tidak sesuai dengan keinginan netizen, maka harus disalahkan? Tentu tidak juga kan?Â
Maka dari itu, untuk wanita-wanita dan laki-laki diluar sana yang pernah mengalami hal ini, dalam artian dikritiki secara berlebihan jangan merasa insecure atau malu, karena kita hidup untuk diri kita sendiri bukan untuk orang lain. Bukan berarti kita tidak membutuhkan orang lain, namun terkadang kita perlu menjauhi seseorang yang mengganggu kehidupan kita tanpa memberikan manfaat yang baik.Â
Dan bagi oknum-oknum yang merasa suka mengkritiki orang secara berlebihan dan merasa sempurna, lebih baik sekarang kurangi perkataan buruk itu, tidak semua orang menganggap biasa saja perkataan orang lain dan jangan membuat orang merasa sakit hati dengan perkataan itu.Â
itu saja, terimakasih.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H