Rohmat Nur Paqih
Mata Kuliah Bahasa Indonesia, STIkes Cirebon, Indonesia
Rohmatnpr2323@gmail.com
Abstrak
Jurnal ini membahas secara komprehensif sejarah perkembangan dan ragam bahasa Indonesia. Melacak evolusi bahasa dari zaman kuno hingga era modern, penelitian ini menggambarkan pengaruh berbagai faktor, termasuk budaya, politik, dan sosial, terhadap bentuk dan struktur bahasa. Dalam konteks ini, analisis mendalam diberikan pada peran bahasa Indonesia sebagai simbol identitas nasional. Selain itu, jurnal ini menggali ragam bahasa Indonesia, mencakup dialek regional, bahasa formal dan informal, serta perkembangan slang.
Kata kunci: sejarah bahasa, bahasa Indonesia, ragam bahasa, identitas nasional.
Abstract
This journal comprehensively discusses the history of development and varieties of the Indonesian language. Tracing the evolution of language from ancient times to the modern era, this research illustrates the influence of various factors, including cultural, political, and social, on the form and structure of language. In this context, an in-depth analysis is given to the role of the Indonesian language as a symbol of national identity. In addition, this journal explores the variety of Indonesian, including regional dialects, formal and informal languages, as well as the development of slang.
Key words: language history, Indonesian, language variety, national identity.
Pendahuluan
Penelitian ini dilatar belakangi Sejarah perkembangan dan ragam bahasa Indonesia merupakan aspek penting dalam memahami warisan budaya dan evolusi sosial Indonesia. Bahasa Indonesia, sebagai bahasa resmi dan lingua franca di Indonesia memiliki sejarah perkembangan yang panjang dan beragam. Sejak zaman kolonial hingga era modern, bahasa ini telah mengalami evolusi yang menarik, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti budaya, sejarah, dan dinamika sosial masyarakat Indonesia. Sebagai bahasa yang digunakan secara luas di berbagai lapisan masyarakat, pemahaman akan sejarah perkembangan dan ragam bahasa Indonesia menjadi penting untuk memahami identitas linguistik dan budaya Indonesia.
Meskipun bahasa Indonesia telah menjadi bahasa resmi dan bahasa persatuan, masih terdapat tantangan dalam pemahaman sejarah perkembangan dan ragam bahasa ini. Banyak generasi muda mungkin tidak sepenuhnya memahami bagaimana bahasa ini berkembang dari masa ke masa, dan bagaimana berbagai faktor sejarah dan budaya telah memengaruhi penggunaan bahasa Indonesia saat ini. Kurangnya pemahaman ini dapat menghambat kemampuan masyarakat untuk memahami warisan linguistik dan budaya mereka dengan baik.
Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan upaya yang berkelanjutan untuk mengidentifikasi sejarah perkembangan dan ragam bahasa Indonesia. Penelitian dan dokumentasi yang mendalam mengenai perkembangan bahasa ini dari zaman kolonial hingga masa kini perlu dilakukan. Selain itu, perlu juga adanya upaya edukasi yang lebih luas di kalangan masyarakat mengenai pentingnya memahami sejarah bahasa mereka. Pendidikan formal dan non-formal yang mencakup aspek sejarah bahasa Indonesia harus diperkuat dan diperluas.
Tujuan utama dari makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman yang mendalam mengenai sejarah perkembangan dan ragam bahasa Indonesia kepada pembaca. Dengan demikian, diharapkan masyarakat, terutama generasi muda, dapat memahami pentingnya bahasa dalam membangun identitas bangsa dan menghargai warisan linguistik dan budaya yang dimiliki. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk upaya pengembangan bahasa Indonesia yang lebih inklusif dan lestari di masa depan. Dengan memahami sejarah bahasa Indonesia secara lebih utuh, diharapkan masyarakat akan lebih terbuka terhadap keragaman bahasa dan budaya dalam masyarakat Indonesia.
Pembahasan
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu termasuk rumpun bahasa Austronesia yang telah digunakan sebagai Lingua franca di Nusantara sejak abad-abad awal penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk informalnya.
Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu pasar. Jenis ini sangat lentur sebab sangat mudah dimengerti dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat besar dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para penggunannya.
Selain Melayu pasar terdapat pula istilah Melayu tinggi. Pada masa lalu bahasa Melayu tinggi digunakan kalangan Keluarga Kerajaan di sekitar Samudra, Melaya dan Jawa. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif bahasa Melayu pasar.
Penamaan istilah "bahasa Melayu" telah dilakukan pada masa sekitar 683 - 686 Masehi yaitu angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti berbahasa Melayu kuno dari Palembang dan Bangka. Prasasti-prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa atas perintah raja Kerajaan Sriwijaya, kerajaan Maritim yang Berjaya pada abad ke-7 dan ke-8.
Awal penamaan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Soekarno tidak memilih bahasanya sendiri, Jawa (yang sebenarnya juga bahasa mayoritas pada saat itu), namun beliau dasarkan dari bahasa Melayu yang dituturkan di Riau.
Bahasa Melayu Riau dipilih sebagai bahasa persatuan Negara Republik Indonesia atas beberapa pertimbangan sebagai berikut :
Jika bahasa Jawa digunakan, suku-suku bangsa atau pihak lain di Republik Indonesia akan merasa dijajah oleh suku Jawa yang merupakan puak (golongan) mayoritas di Republik Indonesia.
Bahasa Jawa jauh lebih sukar dipelajari dibandingkan dengan bahasa Melayu.
Bahasa Melayu Riau yang dipilih, dan bukan bahasa Melayu Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Maluku, Jakarta (Betawi), ataupun Kutai, dengan pertimbangan-pertimbangan.
Penggunaan bahasa Melayu bukan hanya terbatas di Republik Indonesia.
Bahasa Indonesia yang telah dipilih ini kemudian dibakukan lagi dengan nahwu (tata bahasa), dan kamus baku juga diciptakan. Keputusan Kongres Bahasa Indonesia ll tahun 1954 di Medan, antara lain menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dahulu sudah digunakan sebagai bahasa Perhubungan (lingau franca) bukan hanya di Kepulauan
Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara pada abad ke-7. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Buddha.
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur.
Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta Persia, Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara memengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928) ( Yunus, 2021).
Peristiwa-peristiwa penting berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia diantaranya :
Pada tahun 1901, disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van Ophuijisen dan dibuat dalam Kitab Logat Melayu.
Pada tahun 1908, pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang Kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka.
Pada 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan dalam perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal itu para pemuda pilihan mamancangkan tonggak yang Kukuh untuk perjalanan bahasa Indonesia.
Pada tahun 1993, secara resmi berdirilah sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana dan kawan- kawan.
Pada tarikh 25-28 Juni 1938, dilangsungkanlah kongres bahasa Indonesia l di Solo. Dari hasil Kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
Pada 18 Agustus 1945, ditandatanganilah Undang-Undang Dasar RI 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara.
Pada 19 Maret 1947, diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan Van Opuijsen yang berlaku sebelumnya.
Kongres bahasa Indonesia ll di Medan pada tarikh 28 Oktober-2 November 1954 juga salah satu perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
Pada 16 Agustus 1972, H.M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 Tahun 1972.
Pada 31 Agustus 1972, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istiah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
Kongres Bahasa Indonesia lll yang diselenggarakan di Jakarta pada 28 Oktober-2 November 1978 merupakan peristiwa penting bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Kongres Bahasa Indonesia lV diselenggarakan di Jakarta pada tarikh 21-6 November 1983.
Kongres Bahasa Indonesia V diselenggarakan di Jakarta pada tarikh 28 Oktober-3 November 1988.
Kongres Bahasa Indonesia Vl diselenggarakan di Jakarta pada tarikh 28 Oktober-2 November 1993.
Kongres Bahasa Indonesia Vll diselenggarakan di Hotel Indonesia, Jakarta pada 26-30 Oktober 1998.
Kongres Bahasa Indonesia lX dilaksanakan di Jakarta, yakni pada tanggal 28 Oktober-1 November 2008 yang membahas tiga persoalan utama: 1) bahasa Indonesia; 2) bahasa daerah dan 3) penggunaan bahasa asing ( Yunus, 2021).
Perkembangan bahasa indonesia beradaptasi dengan pengaruh globalisasi dan teknologi modern
Perkembangan bahasa Indonesia telah mengalami transformasi sehingga dengan perkembangan zaman terutama dengan adanya pengaruh globalisasi dan teknologi modern pengaruh media dan Budaya global dapat mempengaruhi transformasi bahasa gaul ke dalam bahasa Indonesia penggunaan bahasa gaul oleh generasi muda mengancam eksistensi Indonesia sebagai bahasa nasional dan identitas nasional dampak transformasi bahasa gaul memiliki sisi positif seperti meningkatkan kreativitas dan menggunakan bahasa Indonesia namun juga memiliki efek negatif Oleh karena itu penting untuk mendidik generasi muda tentang pentingnya Bahasa Indonesia dan cara melestarikannya (Rohman, 2021).
Selain itu, teknologi modern juga mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia. Dalam penelitian yang dilakukan Har (2016) , faktor lingkungan seperti tempat tinggal dan sarana mempengaruhi pemerolehan bahasa anak usia 5 dan 6 tahun. Di era teknologi modern, anak-anak lebih banyak terpapar pada media sosial dan teknologi daripada lingkungan sekitar mereka. Hal ini dapat mempengaruhi pemerolehan bahasa dan penggunaan bahasa Indonesia.
Namun, bahasa Indonesia juga dapat beradaptasi dengan pengaruh globalisasi dan teknologi modern. Misalnya, bahasa Indonesia telah mengadopsi banyak kata-kata dan bahasa dari bahasa Inggris, seperti "internet" dan "smartphone". Bahasa Indonesia juga terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi, seperti penggunaan bahasa dalam aplikasi dan platform digital.
Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa Indonesia beradaptasi dengan pengaruh globalisasi dan teknologi modern bahasa Indonesia terus berkembang dan bertransformasi seiring dengan perkembangan zaman Oleh karena itu penting terus mempelajari dan melestarikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan identitas nasional (Har,H ,2016).
Perkembangan zaman yang dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju, dapat berpengaruh juga dalam proses penguasaan dan pemahaman bahasa. Kedua hal tersebut pada masa kini seharusnya dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Penguasaan bahasa Indonesia khususnya harus selalu bereksistensi seiring dengan perkembangan globalisasi.
Globalisasi merupakan era terjadinya perubahan masa akibat pengaruh budaya asing. Globalisasi mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, termasuk bahasa. Pengaruh alat komunikasi yang begitu canggih harus berhadapan dengan mempertahankan jati diri bangsa Indonesia, termasuk jati diri bahasa Indonesia. Ini semua menyangkut kedisiplinan berbahasa nasional, dengan mematuhi semua kaidah atau aturan penggunaan bahasa Indonesia, hal ini digunakan bukan hanya untuk komunikasi, namun untuk alat pemersatu dari Sabang sampai Merauke khususnya.
Pesatnya perkembangan bahasa Indonesia yang mampu bersaing dengan bahasa-bahasa lainnya mengakibatkan terjadinya suatu pengaruh bahasa asing. Karena arus globalisasi inilah yang membawa perubahan pemakaian bahasa dan perkembangannya. Sebuah budaya, teknologi, ekonomi dan politik serta mempengaruhi bahasa. Hal ini dibuktikan dengan adanya kosakata bahasa asing masuk ke dalam bahasa Indonesia, yang pemakaiannya tidak sesuai dengan kaidah. Oleh karena itu kebijakan dalam penggunaan bahasa asing harus ditegaskan, karena tidak setiap serapan bahasa asing diterima guna menjaga penguasaan dan eksistensi penggunaan bahasa Indonesia pada masyarakat era globalisasi saat ini ( Annisa, 2020).
Pengaruh globalisasi yang cepat berkembang ini tanpa disadari sudah menjamur di masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penggunaan bahasa Indonesia yang tergeser dengan penggunaan bahasa asing. Perkembangan teknologi melalui alat komunikasi yang modern menjadi salah satu hal yang penting dalam komunikasi di era globalisasi penggunaan alat komunikasi tersebut biasanya dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik orang tua maupun anak-anak ( Nurpratiwinigsih, Maknun, 2020).
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang digunakan di Negara Republik Indonesia (NKRI). Pada perkembangannya, dengan semakin pesatnya arus globalisasi, modernisasi, ilmu pengetahuan, teknologi, bahasa Indonesia harus dapat menjadi sebuah instrumen dalam melakukan komunikasi utama di Indonesia (Repelita , 2018).
Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia di era globalisasi:
Meningkatkan pemahaman dan penguasaan bahasa Indonesia
Penguasaan bahasa Indonesia harus selalu bereksistensi seiring dengan perkembangan globalisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan pemahaman dan penguasaan bahasa Indonesia pada masyarakat, terutama generasi muda. ( Annisa,2020)
Mempertahankan kedisiplinan berbahasa nasional
Kedisiplinan berbahasa nasional harus dipertahankan dengan mematuhi semua kaidah atau aturan penggunaan bahasa Indonesia. Hal ini digunakan untuk bukan hanya untuk komunikasi namun untuk alat pemersatu dari Sabang sampai Merauke khususnya.
Mengadakan kongres bahasa Indonesia
Kongres bahasa Indonesia diadakan untuk memelihara dan menjaga eksistensi bahasa Indonesia dalam perkembangan globalisasi dan modernisasi (Repelita T, 2018).
Penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pada pembelajaran bahasa Indonesia
Penerapan TIK Pada pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan eksistensi bahasa Indonesia di era globalisasi (Nasution, 2018).
Menjaga keberagaman budaya Indonesia
Keanekaragaman budaya Indonesia dapat dilestarikan dengan menjaga keberagaman bahasa daerah dan budaya lokal, sehingga bahasa Indonesia tetap menjadi Bahasa persatuan yang dapat mempersatukan bangsa ( Utami, 2018).
Ragam bahasa indonesia yang mencerminkan keberagamaan budaya dan identitas lokal diseluruh wilayah indonesia
Bahasa Indonesia mempengaruhi keberagaman budaya di seluruh wilayah Indonesia dengan menjadi bahasa nasional yang digunakan sebagai alat komunikasi resmi di seluruh wilayah Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional memungkinkan orang dari berbagai suku dan budaya untuk berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain tanpa hambatan bahasa. Selain itu, bahasa Indonesia juga mencerminkan keberagaman budaya dan identitas lokal di seluruh wilayah Indonesia melalui penggunaan ragam bahasa Indonesia yang berbeda-beda di setiap daerah ( Rahayu,2023).
Ragam bahasa Indonesia adalah variasi bahasa yang digunakan di Indonesia. Bahasa Indonesia bertujuan untuk mempersatukan dan mempermudah komunikasi antarsuku daerah, karena di Indonesia memiliki banyak ragam bahasa yang berbeda ( Arianita, Aini, 2022).
Berikut adalah beberapa ragam bahasa Indonesia:
Ragam Baku Bahasa Indonesia Ragam Baku adalah bentuk bahasa Indonesia yang dianggap sebagai bentuk yang paling benar dan resmi. Ragam Baku digunakan dalam situasi formal seperti pidato, surat resmi, dan media massa ( Hasana, 2022).
Ragam Non-Baku Ragam Non-Baku adalah bentuk bahasa Indonesia yang tidak dianggap sebagai bentuk yang resmi. Ragam ini digunakan dalam situasi informal seperti percakapan sehari-hari, media sosial, dan pesan singkat (Arianita, Aini, 2022).
Ragam Daerah Setiap daerah di Indonesia memiliki ragam bahasa daerah yang berbeda-beda. Ragam bahasa daerah ini memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri (Suwarna, 2021).
Penggunaan ragam bahasa yang tepat dan benar sangat penting dalam kegiatan sehari-hari, terutama dalam kegiatan ilmiah. Bahasa Indonesia Ragam Baku digunakan dalam kegiatan ilmiah karena bahasa merupakan sarana komunikasi ilmiah pokok. Tanpa penguasaan tata bahasa dan kosakata yang baik akan sulit bagi seorang ilmuwan untuk mengkomunikasikan gagasannya kepada pihak lain ( Hasana, 2022).
Ragam bahasa Indonesia mencerminkan keberagaman budaya dan identitas lokal di seluruh wilayah Indonesia melalui penggunaan ragam bahasa yang berbeda-beda di setiap daerah. Bahasa Melayu, bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Minangkabau, dan bahasa Batak adalah beberapa contoh ragam bahasa Indonesia yang mencerminkan keberagaman budaya dan identitas lokal di seluruh wilayah Indonesia.
Bahasa Indonesia memiliki banyak ragam bahasa yang mencerminkan keberagaman budaya dan identitas lokal di seluruh wilayah Indonesia. Berikut adalah beberapa contoh ragam bahasa Indonesia yang mencerminkan keberagaman budaya dan identitas lokal di seluruh wilayah Indonesia:
Bahasa Melayu: Bahasa Melayu adalah bahasa asli yang digunakan di Sumatera, Riau, Kepulauan Riau, dan sebagian Kalimantan. Bahasa ini memiliki banyak dialek dan variasi, seperti bahasa Melayu Palembang, bahasa Melayu Riau, dan bahasa Melayu Banjar.
Bahasa Jawa: Bahasa Jawa adalah bahasa asli yang digunakan di Jawa dan Bali. Bahasa ini memiliki banyak dialek dan variasi, seperti bahasa Jawa Tengah, bahasa Jawa Timur, dan bahasa Bali.
Bahasa Sunda: Bahasa Sunda adalah bahasa asli yang digunakan di Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah. Bahasa ini memiliki banyak dialek dan variasi, seperti bahasa Sunda Banten, bahasa Sunda Priangan, dan bahasa Sunda Cirebon.
Bahasa Minangkabau: Bahasa Minangkabau adalah bahasa asli yang digunakan di Sumatera Barat. Bahasa ini memiliki banyak dialek dan variasi, seperti bahasa Minangkabau Padang, bahasa Minangkabau Bukittinggi, dan bahasa Minangkabau Payakumbuh.
Bahasa Batak: Bahasa Batak adalah bahasa asli yang digunakan di Sumatera Utara. Bahasa ini memiliki banyak dialek dan variasi, seperti bahasa Batak Toba, bahasa Batak Karo, dan bahasa Batak Mandailing.
Setiap ragam bahasa Indonesia mencerminkan keberagaman budaya dan identitas lokal di seluruh wilayah Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional juga mencerminkan keberagaman budaya dan identitas lokal di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk mempertahankan dan menghargai keberagaman budaya dan identitas lokal di seluruh wilayah Indonesia melalui penggunaan dan pengembangan ragam bahasa Indonesia yang berbeda (Yinghan, G. 2020).
Indonesia adalah negara dengan masyarakat multikultural. Keberagaman yang ada di Indonesia merupakan kekayaan yang dimiliki untuk menghadapi era yang terus berubah. Namun, sering keberagaman tersebut menjadi sumber konflik karena kurangnya pemahaman akan keberagaman. Untuk itu, pemahaman sebagai bangsa yang multikultur perlu ditanamkan. Salah satu jalan itu adalah dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sangat dekat dengan kultur atau budaya karena bahasa itu sendiri adalah bagian dari kebudayaan. Pemahaman multikultur sangat penting untuk menanamkan sikap-sikap seperti toleransi ,saling menghargai, hak kesetaraan, dan sebagainya yang merupakan alat preventif konflik sosial.
Integrasi budaya dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat membantu mengatasi konflik sosial dengan menanamkan sikap-sikap yang positif dan memperlihatkan keberagaman budaya dan identitas lokal di seluruh wilayah Indonesia.
Hal ini dapat membantu masyarakat Indonesia memahami dan menghargai keberagaman budaya dan identitas lokal di seluruh wilayah Indonesia, sehingga dapat mengurangi konflik sosial yang terjadi. Integrasi budaya dalam pembelajaran bahasa Indonesia juga dapat membantu siswa memahami nilai-nilai budaya yang terkandung dalam bahasa daerah tersebut sehingga dapat memperkuat identitas lokal dan mengurangi konflik sosial yang disebabkan oleh perbedaan budaya ( Sutresna, Dewantara, Tantri, 2018).
Kesimpulan
Sejarah bahasa Indonesia bermula dari pengaruh bahasa Melayu dan proses evolusinya yang terkait dengan peristiwa sejarah. Bahasa Indonesia mulai berkembang menjadi bahasa nasional setelah Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta.
Perkembangan bahasa Indonesia terus berlangsung seiring dengan perubahan zaman dan beradaptasi dengan pengaruh globalisasi dan teknologi. Hal ini tercermin dalam penerapan kata-kata asing dan perayaan kosakata baru yang mencerminkan pertumbuhan dan perubahan masyarakat modern.
Ragam bahasa Indonesia menampilkan keberagaman budaya dan identitas lokal di seluruh wilayah Indonesia. Mulai dari bahasa baku yang digunakan dalam konteks resmi hingga bahasa sehari-hari, bahasa daerah, dan semua ragam bahasa ini yang memperkaya warisan budaya Indonesia sebagai cerminan dari keanekaragaman budaya yang ada. Bahasa Indonesia juga menjadi jembatan yang penting dalam peraturan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang majemuk.
Daftar Pustaka
Yunus Muhammad, (2021). BAHASA INDONESIA di PERGURUAN TINGGI. Yogyakarta, K-Media.
Rachman, A. (2021). DAMPAK DAN TRANSFORMASI PERKEMBANGAN BAHASA GAUL DALAM BAHASA INDONESIA MODERN. Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra, 1(1), 1-10.
Har, H. (2016). Pemerolehan Fonologi dan Perkembangan Semantik Konseptual Bahasa Indonesia Anak Usia 5-6 Tahun TK Dharma Wanita, Sukarara, Lombok Tengah. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1(1), 1-10.
Annisa, FN (2020, 4 Januari). Pengaruh Penguasaan dan Eksistensi Penggunaan Bahasa Indonesia pada Masyarakat Era Globalisasi. https://doi.org/10.31219/osf.io/yg2bh
Nurpratiwiningsih, L., & Jauharul Maknun, M. (2020). Pengaruh Globalisasi Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia Bagi Masyarakat. Jurnal Ilmiah KONTEKSTUAL, 1(02), 43--48. https://doi.org/10.46772/kontekstual.v1i02.161
Rahayu, W. (2023). Penggunaan Dan Pemaknaan Bahasa Indonesia Pada Era Globalisasi: Globalisasi, Bahasa Indonesia, Bahasa Asing. Jurnal Penelitian Multidisiplin , 2 (1), 158--162. https://doi.org/10.58705/jpm.v2i1.117
Hasana, H. (2022). FUNGSI DAN PERAN BAHASA INDONESIA DALAM PENULISAN ILMIAH. Jurnal Literasiologi, 8(4)
Ervina Arianita, & Fatma Dwi Aini. (2022). Analisis Penggunaan Bahasa Indonesia bagi Kalangan Muda di Media Sosial "Instagram". CENDEKIA: Jurnal Ilmu Sosial, Bahasa Dan Pendidikan , 2 (4), 29--39. https://doi.org/10.55606/cendikia.v2i4.446
Yinghan, G. (2020). ANALISIS KATA-KATA SERAPAN DARI DIALEK MIN NAN DALAM BAHASA INDONESIA.
Tiga Hari Repelita,(2018).Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia (Ditinjau dari Prespektif Sejarah Bangsa Indonesia). Ciamis,Jawa barat.Prodi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan ilmu pendidikan, UNIVERSITAS GALUH. http://dx.doi.org/10.25157/ja.v5i1.1927
Suwarna, D. (2021). RAGAM BAHASA, PENGAYAAN, DAN IMPLIKASINYA. Jurnal Salaka : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H