Mohon tunggu...
Rohmat JeffriSaputro
Rohmat JeffriSaputro Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa dari kampus Institut Agama Islam Negeri Ponorogo angkatan 21. Saya berzodiak Taurus sehingga saya dikenal dengan orang yang keras kepala. Hobi saya menggambar dan menulis akan tetapi saya lebih suka menggamar, walaupun begitu menulis menjadi salah satu alternatif saya untuk menuangkan ide-ide dibalik kata yang tersusun manis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gender Anak Pemicu Keretakan Keluarga

8 Juni 2024   17:05 Diperbarui: 8 Juni 2024   17:07 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Halo sobat baca! bagaimana kabarnya semoga semuanya baik-baik saja. kali ini dalam artikel ini akakn membahas mengenai gender anak yang dapat memicu keretakan dalam keluarga, kok bisa gender anak dapat memicu keretakan?.

Orang tua terdiri dari ayah, ibu, serta saudara adik dan kakak. Orang tua atau biasa disebut juga dengan keluarga, atau yang identik dengan orang yang membimbing anak dalam lingkungan keluarga. Orang tua merupakan orang yang mempunyai amanat dari Allah untuk mendidik anak dengan penuh tanggungjawab dan dengan kasih sayang. Hubungan anak dengan orang tuanya, mempunyai pengaruh dalam perkembangan si anak. Anak yang merasakan  adanya  hubungan  hangat  dengan orang  tuanya,  merasa  bahwa ia disayangi dan dilindungi serta mendapat perlakuan yang  baik,  biasanya  akan  mudah  menerima dan mengikuti kebiasaan orang tuanya dan cenderung kearah yang positif . (Ruli,2020). 

Keluarga merupakan unit terkecil  dari  suatu  masyarakat, masyarakat yang sehat sangat diperlukan dalam pembangunan bangsa. Sehat dalam  arti  bukan saja secara fisik tetapi juga secara mental dan sosial. Masyarakat yang sehat dapat dicapai jika terdapat   keluarga yang utuh dalam masyarakat tersebut. Dengan demikian, sangat diharapkan semua keluarga mempertahankan keutuhan dalam keluarga, karena dalam keluarga yang utuh atau harmonis melahirkan individu yang sehat jasmani, rohani, dan sosial (Tirtawinata, 2013). Namun tidak semua keluarga dapat harmonis salah satu pemicu keluarga yang tidak harmonis adalah mengenai gender anak.

Gender anak dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap cara pandang orang tua dalam memiliki anak laki-laki atau perempuan. kebanyakan orang tua menganggap anak perempuan lemah dan tidak memiliki masa depan yang indah, berbeda dengan anak laki-laki orang tua akan lebih menyangi mereka dan menganggap laki-laki itu sangat spesial karena memiliki peran yang sangat besar yang kelak menjadi tumpuan orang tua ketika tua. Orang tua juga menganggap anak laki-laki lebih tangung jawab dan juga masa depannya terjamin dibandingkan dengan anak perempuan yang ujung-ujungnya menjadi seorang ibu rumah tangga.

Seorang anak laki-laki akan lebih dekat dengan ayahnya, namun banyak juga anak laki-laki akan dekat dengan ibunya dan anak perempuan juga akan lebih dekat dengan ibunya, namun banyak juga yang dekat dengan ayahnya. Anak laki-laki juga asering dianggap lebih mandiri dibandingkan dengan anak perempuan, sehingga kebanyakan orang tua menginginkan anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Dalam hal kasih sayang orng tua akan lebih mengutamakan anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Salah satu contoh anak laki-laki akan di sekolahkan setinggi mungkin, sedangkan anak perempuan cukup dengan sekolah SLTP atau juga disebut dengan SMP.

Sebagai orang tua seharusnya dapat menyeimbangkan antara anak laki-laki dengan perempuan, dan tidak membeda-bedakan baik dari segi kasih sayang, pendidikan, fasilitas dan lain sebagainya. Apapun gender anak yang tuhan titipkan dalam kelurga sebisa mungkin diterima, karena gender antara laki-laki dan perempuan adalah sama, dan mari ciptakan keharmonisan dalam kelurga dengan tidak melihat gender yang anak miliki.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun