Mohon tunggu...
Risky Rohma
Risky Rohma Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Mahasiswi

Masiswa Ilmu Hukum Universitas Terbuka UPBJJ Luar Negri. Bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia di Hong Kong

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Generative Artificial Intelligence (Gen Al) dan Industri Kreatif

6 Februari 2024   21:38 Diperbarui: 6 Februari 2024   22:06 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generative Artificial Intelligence (Gen Al) diprediksi akan membawa perubahan signifikan bagi industri kreatif, terutama dalam film dan animasi. Ini adalah narasi yang dikemukakan oleh analisis konsultan CVL Economics pada tahun lalu. Menurut survei yang dilakukan oleh CVL Economics tersebut, sekitar 75% dari 300 petinggi industri kreatif menyatakan bahwa Gen Al mampu mengintegrasikan dan bahkan mengurangi jumlah pekerja di bidang kreatif dan hiburan. Dengan adanya Gen Al, hasil karya dalam industri ini menjadi lebih efisien dan cepat.

Tidak hanya pekerja di bidang film dan animasi, tetapi juga sound designer dan music editor juga berpotensi terpengaruh dengan hadirnya Gen Al. Apabila sebelumnya mereka biasanya melakukan proses pengeditan atau pengolahan suara secara manual, kini Gen Al dapat melakukan hal itu untuk mereka. Hal ini membuat pekerjaan mereka menjadi lebih mudah dan efisien, namun juga menimbulkan pertanyaan tentang apakah Gen Al dapat menggantikan posisi mereka secara keseluruhan.

Gen Al memiliki kemampuan untuk menyajikan karya yang beragam, dengan melibatkan musik, gambar, dan teks, tanpa perlu menggunakan program tambahan. Kemampuannya untuk menghasilkan konten yang berkualitas secara otomatis mengurangi waktu dan upaya yang diperlukan dalam proses pengerjaan kreatif. Misalnya, dalam industri film, Gen Al dapat membantu dalam penulisan naskah, pemilihan musik, pengeditan visual, dan bahkan pengambilan gambar. Seluruh proses ini dapat dikerjakan oleh Gen Al tanpa melibatkan banyak pekerja manusia.

Salah satu aspek menarik dari Gen Al adalah kemampuannya untuk menduplikasi dan meningkatkan kualitas berdasarkan data yang pernah dibuat sebelumnya. Dengan mempelajari dan menganalisis koleksi karya-karya terdahulu, Gen Al dapat menciptakan karya baru dengan mengadopsi gaya dan karakteristik yang sudah ada. Hal ini tidak hanya memungkinkan kontinuitas dalam penciptaan konten, tetapi juga memperluas kemungkinan eksplorasi dan inovasi.

Namun, meskipun Gen Al menawarkan banyak manfaat dalam industri kreatif, kemunculannya juga menimbulkan beberapa konsekuensi negatif. Salah satunya adalah potensi hilangnya pekerjaan bagi banyak individu di industri ini. Dengan kemampuan Gen Al untuk menghasilkan karya secara otomatis, jumlah pekerja manusia yang dibutuhkan dalam proses kreatif bisa berkurang drastis. Dalam beberapa kasus, hal ini dapat mengancam keberlanjutan profesi tertentu.

Sebagaimana teknologi lainnya, penggunaan Gen Al juga harus diiringi dengan pengaturan dan kebijakan yang tepat. Peraturan perlu diterapkan untuk mengamankan pekerjaan manusia, menghindari masalah keamanan terkait dengan teknologi baru, serta menjaga kreativitas dan keberagaman dalam industri kreatif itu sendiri. Dengan mengelola penggunaan Gen Al dengan cermat, potensi manfaatnya dapat dioptimalkan tanpa merugikan pekerja atau menciptakan ketidakseimbangan dalam industri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun