Mohon tunggu...
Rohman
Rohman Mohon Tunggu... Perawat - Team medis

Jadi lah lilin di dalam kegelapan jngan jadi lampu di tengah matahari

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengelola Kesehatan Mental Masyarakat Pasca Pandemi Covid-19

3 November 2021   09:24 Diperbarui: 3 November 2021   09:35 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pembahasan

Coronavirus disease 2019 atau disebut juga dengan COVID-19 saat ini menjadi pandemi hampir di seluruh negara di dunia. Wabah pandemi ini memiliki dampak negatif pada kesehatan fisik dan psikologis individu dan masyarakat (Banerjee, 2020; Brooke dkk., 2020; Zhang dkk., 2020).

Menurut Brooks dkk. (2020), dampak psikologis selama pandemi diantaranya gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder), kebingungan, kegelisahan, frustrasi, ketakutan akan infeksi, insomnia dan merasa tidak berdaya. Bahkan beberapa psikiatris dan psikolog mencatat hampir semua jenis gangguan mental ringan hingga berat dapat terjadi dalam kondisi pandemik ini. Bahkan kasus xenofobia1 dan kasus bunuh diri karena ketakutan terinfeksi virus sudah mulai bermunculan. Mengutip salah satu hasil kaji cepat bahwa,Pasien yang terinfeksi Covid-19 dapat mengalami sindrom psikiatri seperti agresif, depresi, dan insomnia. Selama epidemik SARS dan MERS yang pernah terjadi sebelumnya, ditunjukkan bahwa seseorang yang terinfeksi coronavirus memiliki beberapa gejala psikiatri seperti insomnia (41,9%), gangguan ingatan (34,1%), depresi (32,6%), dan kecemasan (27,9%). Studi yang sama juga menunjukkan adanya efek kesehatan mental dalam jangka panjang pada pasien terinfeksi, seperti kelelahan, perasaan cemas, insomnia, depresi, dan Post- traumatic stress disorder (PTSD).

Kondisi seperti ini perlu menjadi perhatian mengingat orang tuadan masyarakat memegang peran yang sangat penting dalam mengelola kesehatan di dalam ruang lingkup keluarga. Anak-anak dan remaja pun tidak luput dari dampak kebijakan pembatasan penyebaran virus melalui sistem pembalajaran jarak jauh. Ruang gerak yang terbatas dan minimnya interaksi dengan teman sebaya selama masa pandemi dapat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa mereka. Begitu juga dengan kelompok lansia. Kerentanan lansia disebabkan oleh proses degeneratif yang menyebabkan menurunnya imunitas tubuh sehingga lansia rentan terinfeksi penyakit, termasuk virus corona.

Di tengah kondisi pandemi yang penuh ketidakpastian, lansia mudah dihinggapi perasaan cemas berlebihan yang kemudian berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik. Situasi yang demikian kompleks dan penuh tekanan secara psikologi dari setiap kelompok usia membutuhkan perhatian dan penanganan yang cepat sehingga tidak menjadi ganguan jiwa yang lebih serius. Kelompok rentan yang disebutkan di atas adalah potret umum kondisi masyarakat saat ini.

Proses Terjadinya Kecemasan Di Era Pandemi Covid-19

Para ahli telah bersepakat bahwa kesehatan fisik dan mental saling terkait yang harus dikelola secara seimbang. Keseimbangan antara kesehatan fisik dan mental di masa pandemi juga telah menjadi perhatian oleh pemerintah. Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan buku pedoman Dukungan Kesehatan Jiwa Dan Psikososial (DKJPS) pada pandemi COVID-19.

Merujuk pada kebijakan Badan Kesehatan Dunia (WHO), buku ini merupakan salah satu panduan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial bagi Orang Sehat, Orang Dengan Pantauan (ODP), Orang Tanpa Gejala (OTG), Pasien Dengan Pengawasan (PDP), Pasien COVID-19, dan kelompok rentan (Kementerian Kesehatan RI,  Pada dasarnya semua gangguan kesehatan mental diawali oleh perasaan cemas (anxiety).

Menurut Sadock dkk. (2010) kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi. Kecemasan diawali dari adanya situasi yang mengancam sebagai suatu stimulus yang berbahaya (stressor).

Pada tingkatan tertentu kecemasan dapat menjadikan seseorang lebih waspada (aware) terhadap suatu ancaman, karena jika ancaman tersebut dinilai tidak membahayakan, maka seseorang tidak akan melakukan pertahanan diri (self defence).

Sehubungan dengan menghadapi intraksi sosial pasca pandemi Covid-19 ini, kecemasan perlu dikelola dengan baik sehingga tetap memberikan awareness namun tidak sampai menimbulkan kepanikan yang berlebihan atau sampai pada gangguan kesehatan kejiwaan yang lebih buruk. Adaptasi merupakan kemampuan individu agar dapat melakukan penyesuaian diri pada suatu tempat atau lingkungan yang dipandang sebagai suatu hal yang baru. Adaptasi dapat juga diartikan sebagai proses penyesuaian diri dalam mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi dapat juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri (Gerungan, 1996).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun