Mohon tunggu...
Rohman Nisfi
Rohman Nisfi Mohon Tunggu... -

Jogja, Intuiting Extrovert, Madawirna, Metalhead, KopiHitam, MovieAddict,

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Madawirna dan Parang Ndog

6 Juni 2014   01:08 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:08 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lama sekali rasanya kami, khususnya purna warga Madawirna (Mapala UNY) tidak bertandang ke Parang Ndog, sebuah kawasan favorit para pemanjat tebing di Yogyakarta. Ide yang spontan kerap kali muncul dan justru terlaksana, demikian juga ketika sore itu, 31 Mei 2014 segerombolan (saya lebih suka memakai istilah ini daripada “sekumpulan” hahaha) purna warga Madawirna berkumpul, tiba-tiba punya ide mendadak untuk menyusul adik-adik angkatan bawah kami yang saat itu sedang melakukan kegiatan panjat tebing di Parang Ndog dalam rangka latihan divisi.

Kami berdelapan, yakni Rohman (saya sendiri), Krisna, Aming, Deky, Arif, Ghofur “Jomblo”, Ismu “Kompleh” dan Oka Serufo. Krisna berbaik hati meminjamkan mobilnya mengngkut kami semua. Malam itu kami segera bersiap mengumpulkan perlengkapan dasar yang ada di sekretariat. Saya pikir seharusnya kami semua perlu diganjar konsekuensi karena banyak di antara kami yang tidak sesuai dengan standar lapangan. “Satu seri!” hahaha. Setelah mampir ke pasar Giwangan membeli keperluan bebakaran, mobil pun meluncur, tak lupa dengan playlist reggae dan metal, kadang-kadang disisipi Dhangdut Koplo. Dasar mapala! Arloji di tangan saya menunjukkan pukul 20.00.

Pukul 21.00 gerombolan kami tiba di Parang Ndog. Langit sangat cerah malam itu. Sejenak saya bernostalgia 9-10 tahun lalu ketika saya masih menjadi peserta Penerimaan Warga Baru (PWB) dalam kegiatan Pendidikan Lanjut (Dikjut) Rock Climbing. Pemandangannya nyaris tidak berubah. Rumah Yu Mar, yang biasa digunakan teman-teman Mapala untuk transit dan pesan makanan atau minuman, masih seperti dulu. Demikian juga dengan pendopo yang terletak sekitar 15 meter di depan rumah tersebut. Tempelan stiker kegiatan dan identitas penggiat alam bebas memenuhi pintu dan dinding kayu rumah Yu Mar. Ahh rasanya semakin bersemangat, apalagi terhitung ada 4-5 rombongan dari Mapala lain yang juga sedang berkegiatan di Parang Ndog.

Tim dari Madawirna yang keesokan harinya akan melakukan pemanjatan tampak sedang istirahat di dalam rumah Yu Mar. Mereka terdiri dari Coy, Nopel, Freggy, Ratih dan Vika Kami sengaja membiarkan mereka beristirahat, menyimpan energi untuk pemanjaatan esok hari, sementara kami segera menyiapkan arena untuk pesta kecil kami dengan memilih lokasi tepat di belakang rumah Yu Mar. Menu yang kami bawa sedehana, namun sarat makna #Halah. Terhitung ada ayam mentah (paha dan sayap ayam), serta ubi jalar yang siap kami olah. Dalam suasana gelap-gelapan, saya, Deky dan Arif menyiapkan perapian, yang lain bertugas mencari kayu dan ranting untuk tambahan bahan bakar perapian serta arena bebakaran. “Gojek kere” khas Mapala tentu saja selau bersahutan, dan rutinitas utama yang selalu tidak kami lewatkan: “Debat seru tentang bumbu makanan”.

[caption id="attachment_340617" align="aligncenter" width="491" caption="Bakaran ala Madawirna"][/caption]

Segera setelah bakaran matang, langsung kami siapkan arena untuk makan. Tentu saja tidak ada benda berupa piring. Kalau mau aman, masing-masing dengan senjatanya masing-masing: Sendok. Karena saya tidak standar, saya berinisiatif membuat sumpit dari ranting kayu. Beruntung di sekitar area kami membuat perapian terdapat pohon pisang dan pohon jati. Daun pisang dan daun jati pun kami pilih untuk alas ayam bakar. Makanan penutupnya pun anti menset #eh anti mainstream: Ubi rambat. Setelah semua makanan habis, tentu saja kami lanjutkan dengan aktifitas kenegaraan Madawirna: Kompetisi Truff hahaha. Tentu saja daya tarik truff adalah pada saat kami bisa bermain strategi, serta bisa “Ngece” alias mengejek lawan kami yang strateginya tidak berhasil. Yang lebih seru lagi dari truff ini adalah: walaupun kamu kalah, kamu tetap bisa mengejek temanmu hahaha..

Malam berganti pagi, gerombolan kami sebagian tiduran di hemmock, tikar dan apa yang bisa mereka temukan untuk rebahan. Tapi saya pikir kami ini sudah kecandaun truff level maksimal, makanya tidak ada jam tidur untuk kami. Saya, Aming, Deky dan Arif masih bisa tertawa lewat permainan ini, bahkan jelang adik-adik kami melakukan pemanjatan, di atas tangan kami masih menggantung kartu-kartu ajaib tersebut. Tentu saja ada yg kalah dalam permainan ini, dan tradisi yang selama ini masih berjalan adalah: Pihak yang kalah akan menyerah dengan membubuhkan tanda tangan pada bagian paling bawah papan skor, serta menyatakan dengan lisan kalau yang bersangkutan menyerah. Bahasa kerennya adalah “Matur”.

[caption id="attachment_340619" align="aligncenter" width="430" caption="Truff"]

140196701146321022
140196701146321022
[/caption]

Pukul 09.00 kami bergegas sarapan, dan segera menyusul adik-adik kami yang sudah memulai pemanjatan. Jalur yang dipilih kali ini adalah jalur Crack Besar. Di sebelah kiri kami, teman-teman dari Setrajana UGM juga sedang melakukan pemanjatan. Saya sendiri menganut “agama” alias divisi Gunung Hutan, namun ketika teman-teman dari divisi lain sedang melakukan kegiatan, kenikmatan tersendiri yang  tidak bisa dibandingkan dengan apapun adalah bisa menemani mereka, membuatkan sekedar minuman semisal kopi untuk mereka, dan mensupport apa yang mereka lakukan. Saya selalu berpikir, hal semacam itu merupakan suatu kenikmatan. Baik bagi kami, maupun para pelaku kegiatan.

[caption id="attachment_340620" align="aligncenter" width="614" caption="Freggy in Action"]

1401967107527241060
1401967107527241060
[/caption]

[caption id="attachment_340621" align="aligncenter" width="614" caption="View From The Top & Klekaran"]

14019672381332168389
14019672381332168389
[/caption]

Melalui hal-hal semacam itu juga, kadang secara tidak sadar banyak muncul ide-ide gila yang bisa kami munculkan. Quote-quote dari teman-teman kami yang kadang secara tidak sengaja ia ucapkan namun sarat makna, joke-joke baru yang bisa kami pakai ketika berkumpul di lain waktu, serta rasa kekeluargaan yang semakin hari semakin kuat. Kami rasa kami masuk dalam golongan “Muda, beda dan berbahaya”. (padahal kami sudah tua hahaha…)

Pukul 15.00 adik-adik kami belum menunjukkan tanda-tanda selesai melakukan pemanjatan, tapi kami harus kembali ke Jogja untuk menjalani rutinitas keesokan harinya. Sebelum pulang, kami sempatkan bercengkerama dengan Yu Mar yang legendaris itu. Saya ingat, sekitar September tahun 2013 saya sempat bertandang ke Parang Ndog. Saya kaget dengan apa yang melilit di tangan kiri Yu Mar waktu itu. “Gelang Prusik”. Hah? Ketawa bercampur takjub batin saya. Ini identitas Mapala banget. Saya pikir ini sesuatu yang keren!. Kembali ke Minggu kemarin, kami masih juga senantiasa takjub dengan ingatan Yu Mar. Dia masih ingat nama orang-orang yang kerap kali berkunjung ke Parang Ndog, terutama para pemanjat tebing di Yogyakarta baik itu dari klub atau Mapala. Kalau tidak ingat nama, paling tidak ia bisa mengingat nama Mapala orang yang dimaksud, atau identitas orang tersebut. Sayang, belakangan ini Yu Mar teserang Asam Urat, namun karena beliau disiplin menjalani pantangan makanan, kesehatannya kini berangsur membaik dan bisa bercengkerama dengan kami semua. Cepat sehat, Yu! Dan senantiasa dinaungi rejeki yang bagus. Tetaplah rokenroll m/

16.30 mobil kami meluncur ke Jogja, dan sepertinya kami semua tertidur di mobil tersebut kecuali Krisna (Sorry dab, ngantuk tenan hahaha). Sekitar pukul 18.00 kami sampai Sekretariat Madawirna di Yogyakarta. Sampai jumpa lagi Yu Mar, sampai jumpa lagi Parang Ndog. (@RohmanNisfi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun